EKBIS.CO, JAKARTA -- Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) menolak rencana pemerintah yang akan menerapkan redenominasi rupiah. Menurut Ketua AEI, Airlangga Hartarto, redenominasi tepat dilakukan apabila kondisi suatu negara tengah mengalami inflasi yang tinggi.
"Sekarang kan inflasi terkendali," ujar Airlangga kepada wartawan di sela-sela Seminar Economic Review Evaluasi 2012 dan Prospek 2013 di Hotel JW Marriott, Jakarta, Kamis (13/12).
Berdasarkan data Bank Indonesia, inflasi per November 2012 tercatat 4,32 persen. Lebih lanjut, Airlangga mengatakan redenominasi akan memicu inflasi.
Airlangga mencontohkan, proses bergabungnya mata uang negara-negara ke mata uang tunggal euro, terbukti berdampak pada inflasi. Sebagai contoh, harga kopi per cangkir di Belanda 1 gulden, pascagabung ke euro menjadi lebih dari 2 euro.
Airlangga menambahkan, jumlah masyarakat miskin Indonesia yang berjumlah 70 juta orang masih bergantung kepada ekonomi mikro. Kegiatan ekonomi mikro tidak tepat dengan rencana redenominasi. "Jangan karena gengsi ke luar negeri redenominasi rupiah dilakukan."
Dari sisi waktu, Airlangga menilai rencana redenominasi rupiah sesungguhnya tidak pas. Untuk pasar modal, jelas akan berpengaruh, karena dapat mendorong capital flight. Terlebih, masih ada harga saham yang berada di bawah kisaran Rp. 1.000. "Asosiasi menilai rencana ini sekarang tidak tepat," kata Airlangga.