Rabu 16 Jan 2013 21:05 WIB

Mentan Soroti Buruknya BUMN dalam Menangani Teh

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Citra Listya Rini
Teh Hijau (ilustrasi)
Foto: FOOD & HEALTH With Timi Gustafson R.D
Teh Hijau (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Suswono mempertanyakan kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkait banjirnya teh impor yang masuk ke Indonesia. Menurutnya, kinerja BUMN dalam mengurusi komoditas teh selama ini tidak  bagus.

"Kinerja BUMN dalam mengurusi teh memang kurang baik," ujar Suswono di Jakarta, Rabu (16/01).

Lahan perkebunan yang seharusnya ditanami teh makin menipis. Petani lebih senang menanami lahan mereka dengan tanaman lain yang jauh lebih menguntungkan seperti holtikultura.

Suwswono mengimbau seharusnya BUMN segera melakukan revitalisasi jika hal tersebut perlu dilakukan. Penundaan hanya akan menjadi ancaman lanjutan bagi para petani teh. Jangan sampai teh hilang karena kalah bersaing, tegas Suswono.

Produksi teh Indonesia dikenal unggul dan bermutu baik. Jenis teh unggul diantaranya teh hitam Orthodox, teh hitam CTC, teh hijau jenis pengolahan panning dan steaming, teh wangi, teh putih, teh oolong, teh merah, teh instan, teh celup dan Ready to Drink (RTD) Tea.

Industri teh berkontribusi memberikan lapangan pekerjaan untuk lebih dari 1,5 juta orang di Indonesia. Bahkan, teh hitam dan teh hijau dalam bentuk curah sudah berhasil dipasarkan ke lebih 40 negara tujuan ekspor seperti Eropa, Asia, Afrika dan Australia.

"Tapi impor teh menunjukkan peningkatan 400 kali lipat dalam 15 tahun terakhir," ujar Sekertaris Asosiasi Teh Indonesia, Atik Darmadi kepada Republika.

Volume produksi teh memang terus mengalami penurunan  setiap tahunnya. Penyebab penurunan produksi ini antara lain kemarau terik pada pertengahan tahun dan berkurangnya luas lahan yang seharusnya ditanami teh.

Selain itu produktivitas pun terganggu akibat pengelolaan yang jauh di bawah standar, umur tanaman teh yang tua, serta iklim yang kurang mendukung.

Pembangunan pertanian komoditi teh seharusnya tidak lagi berjalan parsial, hanya dilakukan masyarakat penggiat teh. Industri teh membutuhkan peremajaan, rehabilitasi, instensifikasi, perbaikan mutu hasil dan penguatan kelembagaan petani.

Riset dan pemasaran juga harus diperkuat."Nantinya peran teh bisa ditingkatkan lagi sebagai sarana dalam pariwisata dan pengenalan budaya," tambah Atik.

Volume Produksi Teh:

169.819 ton (2003)

164.817 ton (2004)

156.273 ton (2005)

146.847 ton (2006)

137.248 ton (2007)

137.499 ton (2008)

136.481 ton (2009)

129.200 ton (2010)

119.651 ton (2011)

Penurunan luas areal lahan teh : 157.000 ha (tahun 1998) 150.938 ha (tahun 2001)

150.723 ha (tahun 2002)

143.620 ha (tahun 2003) 142.086 ha (tahun 2004) 138.659 ha (tahun 2005)

135.591 ha (tahun 2006) 133.733 ha (tahun 2007) 127.712 ha (tahun 2008) 125.384 ha (tahun 2009) 124,400 ha (tahun 2010)  123.500 ha(tahun 2011)

Sumber : Data Asosiasi Teh Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement