Selasa 12 Feb 2013 15:57 WIB

BI: Ekonomi Kuartal I Diproyeksi Melambat

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Nidia Zuraya
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Pertumbuhan Ekonomi (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan suku bunga acuan (BI rate) tetap dil level 5,75 persen. BI juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2013 turun tipis dibandingkan periode sama tahun lalu.

Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Difi A Johansyah mengatakan BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal I tahun ini melambat menjadi 6,3 persen dibandingkan 6,2 persen pada periode yang sama tahun lalu.  "Meski demikian, pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tetap tinggi, terutama ditopang oleh permintaan domestik," katanya usai RDG di Jakarta, Selasa (12/2).

Proyeksi yang sedikit turun ini merupakan terusan dari melesetnya pertumbuhan ekonomi nasional kuartal IV 2012 yang hanya 6,11 persen, atau 6,23 persen untuk keseluruhan tahun. Difi mengatakan konsumsi dan investasi masih tumbuh meskipun sedikit termoderasi dibandingkan kuartal sebelumnya.

Di sisi lain, ekspor mulai membaik seiring membaiknya perekonomian beberapa negara mitra dagang utama, khususnya Cina. Pertumbuhan impor masih cukup tinggi seiring dengan kuatnya permintaan domestik.

"Secara total keseluruhan 2013, ditambahkan dengan menyambut aktivitas pemilu, maka pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai kisaran 6,3 persen hingga 6,8 persen," katanya. Kisaran tersebut lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN 2013 sebesar 6,5 persen hingga 7,2 persen.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti mengatakan tren perlambatan ekonomi selalu diamati pelaku perbankan di Tanah Air. Secara tren, pertumbuhan ekonomi diawal tahun memang cenderung rendah. "Bank-bank cenderung menahan kreditnya diawal tahun," kata Destri kepada ROL.

Kredit yang disalurkan perbankan yang digunakan untuk menggerakkan roda perekonomian masih kecil. Sebab, bank berhati-hati menyalurkan kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, sehingga konsumsi masyarakat ikut menurun.

BI juga masih terbatas dalam intervensi penguatan Rupiah. Sebab, kata Destri, nilai tukar Rupiah sudah kian rendah. Penggerak perekonomian tahun ini, menurutnya, bergantung pada pengeluaran pemerintah. Khususnya meningkatkan serapan anggaran dan pola konsumsi pemerintah melalui percepatan proses tender-tender. Seperti diketahui, data BPS menunjukkan konsumsi pemerintah justru negatif 3,34 persen akhir tahun lalu.

Konsumsi yang positif hanyalah konsumsi rumah tangga 5,36 persen. Porsi ekspor pun lebih kecil dari impor. Ekspor hanya tumbuh 0,5 persen sedangkan impor 6,79 persen.

Yuk gabung diskusi sepak bola di sini ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement