EKBIS.CO, JAKARTA -- Sisa cadangan gas di Blok Mahakam ternyata tak sebesar yang diperkirakan banyak pihak. Dalam data resminya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bahkan membantah jika gas di blok yang kini dikuasai Total E&P itu mencapai 10,1 triliun kaki kubik (TCF).
Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana mengaku setelah 40 tahun dieksplorasi Total E&P, maka sisa cadangan gas Mahakam saat ini hanya 5,7 TCF. "Di 2017 nanti saat kontrak dengan Total berakhir, cadangan total sebanyak 3,8 TCF dan sisa cadangan terbukti gas kurang dari 2 TCF," jelasnya, Rabu (13/2).
Bukan hanya gas, hal yang sama juga berlaku untuk minyak bumi. Gde mengatakan berbeda dengan data yang disampaikan sebagian pihak sebanyak 192 juta barel, cadangan minyak Mahakam hanya sebesar 185 juta barel.
Saat kontrak berakhir, cadangan minyak bahkan hanya sebesar 131 juta barel. "Jadi informasi yang disampaikan seolah-olah sisa cadangan gas sebesar 10,1 TCF dan sisa cadangan minyak sebesar 192 juta barel jelas tidak mempunyai dasar," jelasnya.
Terkait soal siapa operator baru Mahakam pun, ia mengaku keputusan belum final. Pasalnya, ini erat dengan upaya memaksimalkan penerimaan negara.
"Pemerintahkan masih menimbang-nimbang siapa yang akan ditunjuk sebagai operator blok tersebut," ujarnya. Semua opsi, baik perpanjangan kontrak maupun menyerahkannya pada perusahaan nasional yaitu Pertamina terbuka.
Seandainyapun pemerintah bermaksud memperpanjang kontrak blok Mahakam ke Total, maka pemerintah pasti akan meminta kenaikan bagi hasil tinggi. Sisa cadangan yang ada plus fasilitas produksi yang sudah sepenuh diberikan cost recovery harus dianggap sebagai equity pemerintah.
Sehingga split bagi hasil yang semula 70 untuk negara serta 30 KKKS untuk gas dan 85 untuk negara serta 15 KKKS untuk minyak harus dinaikkan secara signifikan. "Ini penting untuk mengkompensasi equity pemerintah tersebut," tegasnya.
Kontrak bagi hasil Mahakam dengan Total dan pemegang saham lainnya Inpex, ditandatangani tahun 1967. Kontrak ini kemudian diperpanjang pada tahun 1997 untuk jangka waktu 20 tahun sampai tahun 2017.
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan padata hun 1967 menemukan cadangan minyak. Sementara gas bumi ditemukan tahun 1972 lalu.
Cadangan awal yang ditemukan saat itu sebesar 1,68 miliar barel minyak. Sedangkan gas bumi sebesar 21,2 TCF.
Dari penemuan itu maka blok tersebut mulai diproduksikan dari lapangan Bekapai pada tahun 1974. Produksi dan pengurasan secara besar-besaran cadangan tersebut di masa lalu membuat Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar di dunia dari 1980 hingga 2000.
Dari awal produksi hingga sekarang, Total sudah menginvestasikan dana hingga 27 miliar dolar AS atau sekitar Rp 250 triliun. Dari blok itu penerimaan negara yang disetor mencapai 83 miliar dolar AS atau sekitar Rp 750 triliun.