EKBIS.CO, BALIKPAPAN -- PT Pertamina terus menambah titik pengeboran di Blok Mahakam, Balikpapan, Kalimantan Timur. Menurut General Manager Pertamina Hulu Mahakam (PHM) John Anis, pada tahun ini ini titik pengeboran mencapai jumlah terbanyak sepanjang tujuh tahun terakhir.
"Pada 2019, Pertamina mengebor 121 sumur. Jumlah ini melampaui target awal sebanyak 118 sumur," kata John kepada wartawan di South Processing Unit (SPU) Blok Mahakam, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (14/10).
Berdasarkan catatan PHM, pada 2012 terdapat 105 sumur yang dibor. Pada tiga tahun sebelum dikelola PHM, sumur yang dibor di Blok Mahakam terdapat 101 sumur (2015), 44 sumur (2016), dan 21 sumur (2017).
Menurut John, pengeboran sumur yang agresif di Blok Mahakam sukses meningkatkan produksi hingga dua persen lebih tinggi dari prediksi operator sebelumnya, yakni TEPI. TEPI memprediksi 686 mmscfd, tapi PHM berhasil memproduksi hingga 700 mmscfd.
"Sepanjang dua tahun terakhir, PHM melakukan pengeboran sumur guna menahan penurunan produksi. Pada 2018, sebanyak 77 sumur dan workover berhasil meningkatkan produksi lima persen lebih tinggi dari target TEPI," papar John. "Tahun ini, pengeboran lebih agresif lagi, meningkat hampir dua kali lipat."
Sejak 2010, ungkap John, Blok Mahakam memasuki fase penurunan alamiah yang cenderung meningkat. Cara paling efektif menaikkan produksi adalah menambah investasi untuk memperbanyak titik pengeboran sumur baru. Pertamina Hulu Mahakam, katanya, telah menginvestasikan 3,5 miliar dolar AS sepanjang 2018-2019. Dana investasi ini digunakan untuk pengeboran sumur dan operasional perusahaan.
PHM juga melakukan berbagai strategi guna meningkatkan produksi. Optimasi pengembangan lapangan dan penggunaan teknologi baru, semisal artificial intelligence, merupakan salah satu cara dalam menghadapi berbagai tantangan di Blok Mahakam yang makin menua.
Adapun terkait kesinambungan investasi dan operasi Mahakam, maka diperlukan terobosan untuk memastikan efektivitas biaya. PHM, kata John, telah sukses menurunkan biaya investasi pengeboran sumur 40-50 persen dan biaya operasi 30 persen.
Karakteristik Blok Mahakam, papar John, memang cukup menantang mengingat tingkat maturasi yang cukup tinggi dan karakter blok wilayah produksi yang variatif dengan lokasi yang jauh dari zona produksi eksisting. Untuk itu, perlu membangun pipa yang lebih panjang guna menghubungkan sumur dengan fasilitas produksi
Blok Mahakam yang mencapai luas 3.266,44 km2 dengan jaringan pipa lebih dari 1.700 km. PHM juga memiliki 30 platform di enam lapangan (processing areas) dengan 3.573 pekerja.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menambahkan, Pertamina terus melakukan inovasi untuk mempertahankan produksi minyak dan gas di sejumlah lapangan yang berumur tua. Hal ini dikarenakan hampir 70 persen produksi minyak dan gas nasional berasal dari aset-aset yang berumur hampir 40 tahun, termasuk kontribusi dari lapangan South Processing Unit di Blok Mahakam.
Kondisi ini, katanya, memiliki dua makna. Pertama, menunjukkan perannya yang signifikan terhadap produksi nasional. Kedua, lapangan yang berkontribusi besar pada produksi nasional ini harus dijaga keberlanjutannya. "Dua sisi seperti mata pedang. Ada magnitudo yang sangat luar biasa, tapi di sisi lain tidak boleh batuk sedikit pun. Karena kalau batuk, kita akan jadi pusat perhatian," kata Dharmawan.