EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) batal membeli saham ladang minyak di Venezuela. Setelah melakukan pembicaraan selama setahun lebih, BUMN ini gagal mengakuisisi 32 persen saham Petrodelta SA dari perusahaan migas asal AS, Harvest Natural Resources Inc.
Hal ini diungkapkan Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina Ali Mundakir pada ROL, Kamis (21/2). "Transaksinya batal," tegasnya dalam pesan singkat.
Namun, ia masih enggan menuturkan alasan tak terlaksananya pembelian blok senilai 725 juta dolar AS itu. "Saat ini saya belum dapat memberikan info yang lebih detil," katanya.
Sementara itu, sebagaimana dilansir Bloomberg, aksi korporasi ini batal karena pemerintah Indonesia tidak menyetujui langkah Pertamina. Pembelian ini memang melibatkan pemerintah karena Pertamina merupakan perusahaan negara yang sahamnya dipegang pemerintah.
Chief Executive Officer (CEO) Harvest James Edminston mengaku kecewa dengan ini. "Kami kecewa," ujarnya.
Namun diutarakannya pihaknya tetap berkomitmen untuk mengeksplorasi semua alternatif yang mungkin dilakukan untuk membuka potensi aset Petrodelta SA. Termasuk memaksimalkan nilai bagi pemegang saham.
Selain Harvest, Petrodelta SA dimiliki sahamnya 60 persen oleh Corporacion Venezolana del Petroleo SA, anak usaha perusahaan migas nasional Pemerintah Venezuela, Petróleos de Venezuela, SA (PDVSA). Sementara sisanya, sebesar delapan persen, dikuasasi Vinccler O&G Tech, perusahaan lokal negara latin itu.
Petrodelta merupakan operator dan pemegang hak konsesi dari pemerintah Venezuela untuk mengeksplorasi, memproduksikan, dan mengelola sejumlah blok migas seluas 1.000 kilometer persegi di Venezuela. Di antaranya, lapangan Uracoa, Bombal, Tucupita, El Salto, El Inseno, dan Temblador hingga 2027 nanti.
Berdasarkan sertifikasi Ryder Scott di 2012 ini, sesuai pedoman US Securities and Exchange Commission, lapangan yang dikelola Petrodelta mengandung cadangan terbukti dan mungkin (//proven dan probable//). Bahkan totalnya sekitar 486 juta barel setara minyak per hari (MMBOPD).
Kandungan cadangan hidrokarbon tersebut diperkirakan lebih besar dibandingkan dengan cadangan Blok Cepu, Indonesia. Padahal, blok ini merupakan penemuan terbesar di Indonesia selama 10 tahun terakhir.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, mengatakan akuisisi bertujuan Petrodelta SA dilakukan guna memperoleh cadangan minyak dari wilayah Amerika Selatan. “Kita ingin akuisisi ini dipercepat," tegasnya.
Awalnya Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku sudah setuju dengan aksi korporasi. Justru, pihak Venezeula yang enggan memberi persetujuan. Perpolitikan Venezuela menjadi penyebab.