Ahad 10 Mar 2013 20:58 WIB

Jual LNG, Pemerintah Minta Fujian Gunakan Harga Pasar

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: M Irwan Ariefyanto
KIlang LNG (ilustrasi)
KIlang LNG (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA - Indonesia akan meminta harga gas alam cair (liquified natural gas/LNG) yang dijual ke Fujian sama dengan harga pasar. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan bakal bernegosiasi untuk melepas batas atas yang selama ini ditetapkan. "Kita ingin sama dengan pasar, di atas 11 (dolar AS)," kata Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini pada Republika, Ahad (10/3). "Untuk di atas pasar itu, maka kita minta keping (batas atas) dilepas,".

Menurutnya bila batasan ini tetap dilakukan, mustahil harga gas Fujian meningkat. Selama ini, dengan menggunakan batas atas harga minyak bumi 38 dolar AS per barel, harga ekspor LNG ke Fujian amat murah, hanya 3,35 dolar AS per juta British termal unit (mmbtu).

LNG yang dijual ke Fujian Cina berasal dari Blok Tangguh Papua, yang dikelola perusahaan asal Inggris BP Berau. Perjanjian penjualan ditandatangani pemerintah RI sejak jaman Presiden RI Megawati.

Pembeli di Fujian sendiri adalah China National Offshore Oil Corporation (CNOOC). Volume kontrak ekspor LNG sebesar 2,6 juta ton per tahun dengan mengunakan formula batas atas harga minyak sesuai patokan harga minyak Jepang (Japan Cocktail Crude/JCC).

Karena batas atas, meski harga minyak mentah kini mencapai 114 dolar AS per barel, harga gas tak kunjung naik. Padahal sejumlah kontrak ekspor RI, sudah mengikuti harga minyak mentah yang berlaku kini, 13 dolar AS hingga 15 dolar AS.

Seperti ekspor LNG dari kilang Bontang, Kalimantan Timur dan Arun, Aceh. Dengan harga minyak di atas 100 dolar AS per barel, harga LNG Bontang mencapai 15 dolar AS per mmbtu.

Kepala Dinas Komunikasi SKK Migas Agus Budiyanto mengisyaratkan pemerintah bisa mengambil langkah menambah pasokan LNG ke Fujian agar kenaikan harga mulus. Volume ekspor ditambah 200 ribu ton per tahun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement