Senin 01 Apr 2013 07:27 WIB

Retorika Korut Seret Saham Korsel?

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Fernan Rahadi
 Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un didampingi oleh sejumlah perwira militer menyaksikan latihan militer  di sebuah pangkalan udara Korea Utara.
Foto: AP
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un didampingi oleh sejumlah perwira militer menyaksikan latihan militer di sebuah pangkalan udara Korea Utara.

EKBIS.CO, SEOUL -- Korea Utara terus menghujani Korea Selatan dengan teror-teror provolatif tentang perang. Situasi Semenjung Korea yang selama ini mulai tenang kembali memanas dengan kekhawatiran peran atas konflik yang berlangsung sejak 1950 silam yang berakhir tanpa perjanjian damai.

Selama dua pekan terakhir, bursa saham Korea sempat mengalami tekanan yang tidak rasional. Pasar saham Asia juga sempat turun tajam karena isu perang ini. Pada 22 Maret lalu misalnya, indeks Kospi terjun bebas ke level 1.948,71. Perlahan tapi pasti, kini indeks mulai pulih dengan bertengger di zona hijau pada penutupan akhir pekan lalu. Indeks menguat 0,57 persen atau 11,37 basis poin ke level 2.004,89.

Peningkatan saham Kospi juga didorong keputusan akhir Cyprus dan Uni Eropa yang menyetujui kesepakatan membiayai dana talangan negara tersebut. Saham-saham Negeri Gingseng membaik dimotori peningkatan saham Samsung Electronics dan Hyundai Motor.

Retorika Korea Utara itu sejauh ini hanya memiliki dampak kecil pada saham Korea Selatan. Jika ditotal, sepekan terakhir, indeks Kospi naik 2,9 persen. Bahkan, mencatat kinerja terbaik selama enam bulan terakhir.

"Secara teknis, kedua negara ini telah berperang. Namun, saat ini mereka hanya sedang berhenti berjuang," kata ahli strategi valitas asing dari Societe Generale SA New York, Sebastien Galy, dikutip dari Bloomberg, Ahad (31/3).

Japanese Foreign Ministry Deputy Press Secretary, Naoko Saiki, menyesalkan Korea Utara terus membuat pernyataan provokatif untuk melaksanakan tindakan-tindakan provokatif. "Jepang akan terus bekerja sama dengan negara-negara lain agar Korea Utara tidak melakukan niatnya," katanya.

Kompleks industri gabungan Korea Utara dan Korea Selatan di Gaeseong tetap beroperasi seperti biasa, meskipun Korea Utara mengancam menutupnya. Ancaman ini dikeluarkan setelah Korea Utara menghentikan hubungan militernya dengan Korea Selatan.

Sebanyak 120 perusahaan Korea Selatan mempekerjakan sekitar 53 ribu warga Korea Utara di kompleks itu. Sejak dibuka 2005 hingga 31 Januari lalu, lebih dari dua miliar dolar AS barang-barang industri diproduksi di sana.

Sekitar 900 warga Korea Selatan secara teratur mengunjungi Gaeseong yang terletak 10 mil atau 16 kilo meter (km) dari zona demiliterisasi, perbatasan dunia kedua negara yang paling dijaga ketat.

Angkatan bersenjata Korea Selatan terus memonitor pergerakan militer Korea Utara. "Secara komprehensif mengutuk segala bentuk kasus provokasi oleh Korea Utara," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Utara, Kim Min Seok.

Sehari setelah media pemerintah melaporkan pimpinan Korea Utara, Kim Jong Un telah menempatkan pasukan militernya dalam keadaan siap menyerang pangkalan militer AS di Korea Selatan dan Pasifik, Korea Utara mengatakan segala perkara antara kedua negara akan ditangani sesuai dengan protokol perang.

Ancaman ini memang terdengar seperti 'lagu lama' yang kembali nyaring. Sejak Korea Utara melanggar sanksi PBB dan tidak memperdulikan himbauan dan peringatan dari Cina, sekutunya, untuk menghentikan uji coba senjata nuklir yang ketiga kalinya pada Februari lalu, ketegangan di kedua wilayah semakin meninggi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement