EKBIS.CO, JAKARTA -- Dirut PT Merpati Nusantara Airlines Rudy Setiopurnomo mengatakan akan meniru langkah PT Garuda Indonesia dalam melakukan restrukturisasi perusahaan. "Garuda saat ini terbukti sukses melakukan restrukturisasi, bahkan sudah menjadi perusahaan publik. Jejak Garuda ini yang akan kami ikuti," kata Rudy di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (3/4).
Menurutnya, saat ini perusahaan sedang menghadapi berbagai persoalan. Seperti beban utang yang masih sangat tinggi, mencapai sekitar Rp 6 triliun. "Itu utang warisan manajemen masa lalu, ini yang cukup memberatkan perusahaan," ujar Rudy.
Kemudian ada juga kewajiban Merpati kepada sejumlah perusahaan meliputi PT Pertamina, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, serta PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Selain itu perseroan juga memiliki kewajiban dalam bentuk penerusan pinjaman (subsidiary loan agreement/SLA) kepada pemerintah. Serta utang kepada swasta dan kepada para lessor (perusahaan penyewaan pesawat).
"Kami sudah mengusulkan penjadwalan (rescheduling) utang kepada debitur. Tinggal menunggu keputusan pemegang saham," ujar Rudy.
Merpati juga sedang mempelajari kemungkinan menempuh cara debt to equity swap (mengonversi utang menjadi saham) dari para kreditur. "Tapi cara ini masih sulit dilakukan pada praktiknya setelah Merpati melakukan penawaran saham perdana kepada publik (IPO). IPO Merpati belum memungkinkan, karena kondisi keuangan yang masih belum membaik," ujarnya.
Langkah-langkah tersebut pernah dilakukan Garuda, ketika di masa lalu merestrukturisasi utang kepada kreditur yang mencapai di atas Rp 10 triliun. "Utang Garuda ditangani oleh satu lembaga yaitu Export Credit Agency (ECA), dan reschedulingnya berhasil. Ini yang merupakan salah satu poin penting Garuda," ujar Rudy.
Meski begitu Rudy mengakui IPO sulit ditempuh. Tapi dalam teori bisa juga dilakukan melalui program backdoor listing yaitu membeli saham perusahaan publik. "Itu masih sebatas teori, tapi belum tentu akan kami realisasikan," ujarnya.