EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) mulai melaksanakan tahapan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (EPC) untuk percepatan penyediaan infrastruktur penerima gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) di Arun Aceh. BUMN itu mengaku mulai membangun terminal regasifikasi LNG senilai 80 juta dolar AS itu Maret lalu.
"Kami telah menetapkan PT Rekayasa Industri (Rekind) sebagai kontraktor EPC," kata Vice President Technology Direktorat Gas Pertamina Daniel Syahputra Purba, Rabu (17/4). Diperkirakan pekerjaan ini tuntas dalam waktu 19 bulan.
Ia pun optimistis start up dan commissioning akan bisa dilakukan tiga bulan sesudahnya. Sehingga November 2014 fasilitas ini diharapkan sudah dapat beroperasi secara komersial.
Ke depan, untuk membawa sebagian gas dari terminal regasifikasi, Pertamina sudah menunjuk anak perusahaan PT Pertamina Gas (Pertagas) untuk melakukan tender. April ini kontraktor EPC pipa bakal ditetapkan.
Pipa gas ditargetkan rampung Oktober 2014. "Sehingga langsung terintegrasi dengan fasilitas terminal regasifikasi dan hub LNG Arun," katanya.
Sementara itu, menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, selain terminal regasifikasi, Pertamina berencana melaksanakan proyek LPG Transshipment yang akan dimulai pada tahun depan. "Kita target operasi Agustus 2015," katanya.
Proyek terminal regasifikasi LNG Arun dibutuhkan untuk mengganti kilang LNG Arun yang akan stop beroperasi pada 2014. Pasokan gas menipis menjadi alasan.
Kilang Arun awalnya dikelola PT Arun NGL sejak 1974. Kilang ini terdiri dari enam train kilang LNG berkapasitas 12,5 juta ton per tahun (MTPA), yang dilengkapi dengan lima unit tangki LNG berkapasitas 636 ribu m3.
Pembangunan terminal regasifikasi LNG Arun yang mulai direncanakan sejak 2012 ini diharapkan dapat mencukupi pasokan gas di wilayah Provinsi Aceh dan Sumatra Utara. Pasalnya pasokan gas Arun saat ini yang hanya mencapai 224 juta kaki kubik (mmscfd) belum bisa memenuhi kebutuhan industri di Medan yang mencapai 420,20 mmscfd.