Kamis 25 Apr 2013 14:34 WIB

Penjualan Listrik PLN Melonjak 5,74 Persen

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Nidia Zuraya
Seorang petugas PLN melakukan perbaikan instalasi jaringan listrik.
Foto: Antara
Seorang petugas PLN melakukan perbaikan instalasi jaringan listrik.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Divisi Niaga Perusahaan Listrik Negara (PLN) Benny Marbun mengatakan PLN mencatat kenaikan penjualan listrik di tiga bulan pertama tahun ini sebesar 43,51 TWh. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan realisasi penjualan selama triwulan pertama 2012 sebesar 41,15 TWh atau naik 5,74 persen.

"Memang penjualan listrik Januari dan Februari relatif rendah," kata Benny di Jakarta, Kamis (25/4).

Penurunan konsumsi listrik pelanggan rumah tangga 1.300 VA - 5.500 VA sempat terjadi akibat dampak psikis kenaikan TTL kistrik rata-rata 15 persen di 2013 ini. Ini juga terjadi karena banjir Jakarta. Kondisi yang dingin membuat pemakaian listrik berkurang akibat berkurangnya pemakaian  pendingin ruangan oleh konsumen rumah tangga dan bisnis.

Namun, pada Maret kenaikan penjualan kembali terjadi sebesar 15,4 TWh. Dibandingkan Maret 2012 volume tersebut lebih besar 9,54 persen di mana penjualan hanya 14,07 TWh. Ia memperkirakan tren ini akan terus tumbuh hingga akhir tahun.

Sebelumnya, PLN meminta revisi target penjualan listrik dalam APBN Perubahan 2013. Peningkatan konsumsi listrik masyarakat membuat BUMN ini mengajukan perubahan target penjualan listrik dalam APBN 2013 dari 9,3 persen menjadi 10 persen.

Dengan melihat tren pertumbuhan penjualan listrik yang melampaui target dari tujuh persen menjadi 10,17 persen di 2012, PLN memperkirakan bakal ada kenaikan penjualan hingga 191 terawatt hour (TWh) dari sebelumnya 174 TWh. Namun konsekuensi kenaikan target ini bakal berujung pada meningkatnya anggaran subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah untuk listrik.

Dalam APBN 2012, subsidi listrik yang ditargetkan negara sebesar Rp 65 triliun. Namun karena peningkatan penjualan, subsidi meningkat Rp 100,2 triliun. Di 2013 ini, APBN subsidi listrik dipatok Rp 78 triliun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement