Jumat 03 May 2013 15:53 WIB

BI Optimistis Rating S&P Tak Pengaruhi Ekonomi Indonesia

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Pembangunan ekonomi Indonesia
Foto: ANTARA
Pembangunan ekonomi Indonesia

EKBIS.CO, JAKARTA -- Lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) melakukan afirmasi sovereign credit rating Indonesia pada level BB plus untuk long-term dan B untuk short-term. S&P juga merevisi outlook Indonesia menjadi stabil dari rating sebelumnya, positif.

Analis utama S&P untuk Indonesia Agost Bernard menyatakan terdapat pelemahan implementasi kebijakan yang mengurangi dukungan terhadap prospek pertumbuhan Indonesia. Selain itu ia menyatakan kondisi eksternal Indonesia mengalami kerentanan. "Hal ini ditunjukkan oleh defisit transaksi berjalan dan peningkayan utang luar negeri sektor swasta," ujar Agost, seperti dilansir situs resmi Bank Indonesia (BI), Jumat (3/5).

Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah mengatakan S&P memiliki pendapat sendiri untuk menempatkan posisi Indonesia. Namun BI meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap terjaga dengan baik. Sisi fundamentalnya tidak banyak berubah. Begitu pula dengan kondisi pasar.

Meskipun pada hari S&P mengeluarkan pernyataan pasar sempat mengalami gejolak, Halim menilai hal itu biasa. "Kalau ada berita baik pasar naik, begitu pula sebaliknya. Tapi secara fundamental masih bagus," kata Halim.

Halim menambahkan BI masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di atas enam persen. Hal ini akan mendorong pertumbuhan kredit di Indonesia, yang sejauh ini masih di angka 22-23 persen. Begitu pula dengan kondisi kredit investasi yang saat ini masih kuat.

Halim tidak melihat ada koreksi besar-besaran terkait investasi, terutama investasi asing. Jika ada penurunan, kata Halim, itu biasa. Biasanya ketika ada ketidakpastian, investor akan melakukan aksi wait and see. Investasi asing dinilai terus mengalir.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan yang menjadi isu perubahan outlook tersebut adalah kebijakan reformasi struktural yang menurut pendapat S&P belum banyak perubahan. "S&P tidak meyakini dalam 12 bulan ke depan Indonesia bisa menjadi investment grade," ujar Perry.

Perry membantah penurunan disebabkan oleh kondisi ekonomi jelang pemilihan umum presiden. Ia menilai selama ini pemilu berlangsung cukup kondusif fan dari tahun ke tahun tahapan demokrasi selalu membaik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement