EKBIS.CO, JEDDAH -- Bank Pembangunan Islam (IDB) memutuskan menambah modal dasar. Atas rekomendasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) luar biasa di Mekkah diputuskan modal IDB akan ditambah menjadi 150 miliar dolar AS dari 45 miliar dolar AS.
Penambahan modal memungkinkan IDB memenuhi kebutuhan perkembangan 56 negara anggotanya dan menjalankan misi pembangunan secara lebih efisien. IDB juga mengumumkan segera memanfaatkan pasar keuangan sukuk dengan menawarkan sukuk 1 miliar dolar AS. Hal ini sejalan dengan meningkatknya permintaan terhadap investasi syariah. "Prinsip perbankan syariah telah teruji waktu," kata Presiden IDB Grup, Ahmad Mohamed Ali, seperti dikutip dari Arab News, Kamis (23/5).
Penekanan pada ekuitas, pembagian risiko dalam kemitraan serta disiplin pada sistem keuangan memungkinkan IDB mengeluarkan masyarakat dari kemiskinan. Arab Saudi memegang 23,6 persen dari modal IDB. Arab memiliki saham terbesar di bank yang berbasis di Jeddah ini. Kemudian diikuti Libya 9,5 persen, Iran 8,3 persen, Nigeria 7,7 persen dan Uni Emirat Arab 7,5 persen. Empat pemegang terbesar berikutnya adalah Qatar 7,2 persen, Mesir 7,1 persen, Turki 6,5 persen dan Kuwait 5,5 persen.
IDB menyediakan pembiayaan proyek untuk berbagai wilayah dunia, termasuk sejumlah negara yanng kurang berkembang. Sekitar 60 persen pembiayaan disalurkan untuk transportasi, proyek air dan sanitasi. Baru-baru ini bank meningkatkan portofolio pembiayaannya di bidang pertanian, pendidikan, kesehatan dan bidang sosial lainnya.