EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia kian menaruh perhatian lebih pada salak. Buah dengan kulit serupa sisik ini diperkenalkan sebagai komoditas ekspor unggulan.
Tahun ini pemerintah bahkan menargetkan ekspor 878,6 ribu ton salak ke negara Cina. Hingga bulan Februari, jumlah salak yang diekspor ke negeri Tiongkok tercatat sebanyak 238,5 ribu ton.
Pelaksana Harian Dirhen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) Yasid Taufik mengatakan telah terjadi kenaikan permintaan terhadap salak dalam dua tahun terakhir. Padahal eskpor komoditas ini kerap mengalami ganjalan akibat keberadaan organisme pengganggu tanaman (OPT).
Pemerintah merespon keluhan ini dengan melakukan verifikasi, termasuk pembersikan OPT. Lalu pemerintah memberikan penyuluhan kepada petani agar melakukan proses pasca panen yang benar.
Hambatan keamanan pangan kerap menjadi ganjalan rencana ekspor beberapa komoditas ke Cina. Yasid belum mengetahui, apakah ganjalan ini semata akibat sentimen pemerintah Cina terhadap beberapa kebijakan yang ditetapkan pemerintah RI terkait produk hortikultura.
Pada kunjungannya ke kantor Kementan beberapa waktu yang lalu, Menteri Administarasi Umum untuk Supervisi, Inspeksi dan Karantina Republik Rakyat Cina (RRC) Zhi Shuping mengatakan pemerintah RI perlu mengambil langkah tepat guna membenahi kekurangan yang ada.
Salah satu rencana yang tertunda akibat adanya kekurangan ini yaitu ekspor sarang burung walet. Kedua negara bahkan telah menandatangani protokol untuk mengekspor sarang burung walet dari Indonesia ke Cina.
Catatan volume ekspor salak ke Cina :
2011 : 596,7 ribu ton
2012 : 764 ribu ton
2013 (target) : 878,6 ribu ton