EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X menargetkan pertumbuhan laba bersih di akhir 2013 sebesar 75 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih sebelum pajak ditargetkan senilai Rp 330 miliar.
Direktur Keuangan PTPN X Dolly Tulungan mengatakan perolehan laba bersih didorong oleh pertumbuhan pendapatan perseroan. "Pendapatan ditarget Rp 2,6 triliun atau tumbuh 20 persen," kata Dolly usai public expose penerbitan obligasi PTPN X di Jakarta, Senin (17/6).
PTPN merupakan perusahaan yang fokus pada produksi gula. Dari total pendapatan termasuk anak usaha konsolidasi, sekitar 75 persen berasal dari penjualan gula. Sedangkan pendapatan dari perusahaan sendiri, gula berkontribusi hingga 94 persen. Seperti diketahui, selain memproduksi gula perseroan juga memiliki anak usaha yang bergerak di sektor kesehatan, bio etanol dan produksi karung plastik.
Untuk kinerja kuartal pertama, Dolly mengakui perseroan belum memperoleh laba. Bahkan sebaliknya perseroan masih membukukan rugi Rp 15 miliar-Rp 20 miliar. Pasalnya perseroan belum lagi melakukan produksi. "Kuartal pertama baru mulai masa tanam," kata dia.
Namun pendapatan di kuartal pertama tetap ada, yaitu dari anak usaha konsolidasi dan penjualan stok gula yang disimpan perseroan hasil produksi tahun lalu. Perseroan menjual 34 ribu ton gula di kuartal pertama.
Dalam memproduksi gula, perseroan tidak serta merta menjual seluruhnya. Namun disisakan untuk bulan-bulan ketika perseroan belum bisa berproduksi. Dolly memperkirakan dengan strategi seperti ini perseroan berhasil membukukan pendapatan di triwulan pertama senilai Rp 400 miliar.
Direktur Utama PTPN X Subiyono mengungkapkan tahun ini perseroan menargetkan produksi 538 ribu ton giling tebu. Nilai ini naik hampir 10 persen bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan produksi tersebut dilakukan dengan optimalisasi 11 unit pabrik gula milik perseroan.
Untuk optimalisasi tersebut perseroan menerbitkan obligasi senilai Rp 700 miliar. Obligasi bertenor lima tahun ini menawarkan kupon di kisaran 8-9 persen. "Sekitar 61 persen dari dana hasil obligasi dipakai untuk modal kerja dalam rangka optimalisasi pabrik gula perseroan," kata Subiyono.
Sisa dana hasil obligasi akan dipakai untuk melunasi hutang ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) senilai Rp 300 miliar. Perseroan menyatakan akan fokus ke pinjaman jangka panjang. Perseroan masih memiliki pinjaman Rp 550 miliar di Bank Mandiri. Dengan lunasnya hutang di BRI, maka total pinjaman perseroan adalah sebesar Rp 1,1 triliun.