EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah melemah hingga mencapai Rp 10.036 per dolar AS dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI). Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) menilai nilai tukar rupiah berada pada ekuilibrium baru. "Nilai tukar memang tengah mengarah pada ekulibrium baru," ujar Kepala Sub Divisi Risiko Perekonomian dan Sistem Perbankan LPS, M Doddy Ariefianto, Selasa (16/7).
Ekuilibrium baru berada di kisaran Rp 10.000-Rp 10.100 per dolar AS. Doddy menilai pelemahan nilai tukar ini terbilang wajar karena meningkatnya ketidakpastian perbaikan kondisi ekonomi global, terutama Amerika Serikat. Namun, mata uang regional lainnya bergerak menguat (apresiasi) terhadap dolar. Ringgit Malaysia, Bath Thailand, dan Peso Philipina menguat masing-masing 0,43 persen, 0,06 persen, dan 0,46 persen.
Doddy mengatakan jika sejumlah mata uang regional saat ini berbalik arah dari pergerakan rupiah tidak berarti akan berimplikasi negatif pada ekonomi dalam negeri. Karena volatilitas pelemahannya masih terbilang rendah. Nilai tukar rupiah masih melemah empat persen dari awal tahun (year to date/ytd).
Sementara mata uang Rupee India dan Real Brazil telah alami pelemahan hingga sembilan persen. "Yang terpenting adalah volatilitas tidak tinggi, misalnya rupiah turun Rp 10.500 per dolar AS dalam beberapa hari seperti 1997. Itu baru berbahaya," ujar dia.
Jika telah mencapai kondisi tersebut, BI diminta intervensi di pasar valas untuk menstabilkan nilai tukar. "Kalau saat ini terus dipaksakan intervensi, sayang saja cadangan devisa terus tergerus," ujar dia. Cadangan devisa saat ini berada di level 98,095 miliar dolar AS.