EKBIS.CO, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan lima instruksi untuk menangkal perlambatan ekonomi global. Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan, SBY meminta agar jajaran kementerian menjaga pertumbuhan. "Presiden sampaikan lima hal penting yang menjadi keputusan rapat," katanya, Kamis (25/7).
Pertama, menjaga pertumbuhan, terlebih dalam situasi perekonomian global yang masih mengalami resesi. Hatta mengatakan pertumbuhan Indonesia mengandalkan investasi dan konsumsi serta percepatan APBN. "Investasi jangan sampai ada hambatan. Kemenkeu mempersiapkan policy untuk tingkatkan iklim investasi," katanya.
Kedua, SBY meminta agar mengontrol inflasi. Hal yang perlu benar-benar dijaga, lanjutnya, tak lain harga bahan pokok. Sebab, selama ini harga bahan pokok menyumbang pengaruh paling besar terhadap inflasi.
Ketiga, menjaga agar industry tidak mendapatkan hambatan. Termasuk menjaga tenaga kerja bisa terserap. "Yang paling penting adalah terus harus meningkatkan lapangan kerja," lanjutnya.
Tak hanya itu, ia juga mengingatkan agar dana infrastruktur di 2013 dan 2014 dibelanjakan sesuai kebutuhan dan rencana. Keempat, program perlindungan sosial yang jumlahnya mencapai Rp 20 triliun di 2013 harus tetap sasaran dan tepat waktu. Dengan begitu, memberikan dampak kepada masyarakat miskin agar tidak kehilangan daya beli.
Kelima, SBY pun meminta ada satu sesi khusus untuk mengevaluasi kebijakan di sekor pertanian, termasuk yang berkaitan dengan tata niaga. Ia menginginkan agar swasembada bisa dijalankan. "Kalau ada gangguan agar dievaluasi dicarikan solusi tepat. Kalau pun harus impor, itu hanya karena dalam situasi tertentu atau untuk menutup kekurangan akibat cuaca yang menyebabkan panen mundur," katanya.
Sementara itu, dalam pembukaan rapat cabinet paripurna, SBY mengatakan jika persoalan ekonomi melanda, implikasi kepada masyarakat bisa sangat berat. "Saya sungguh mengharapkan kita semua bisa mengelola perekonomian sebaik-baiknya," katanya.
Ia menjelaskan, perkembangan dan dinamika perekonomian global masih goyah terutama Eropa. Di kawasan Asia pun tak jauh berbeda, seperti Cina dan India yang juga mengalami persoalan perlambatan ekonomi.
"Kalau situasi perekonomian global dan regional seperti itu, hampir pasti ada tantangan terhadap pertumbuhan kita. Ada tantangan terhadap stabilitas harga, nilai tukar rupiah dan sejumlah indicator perekonomian. Kalau langkah tidak tepat dan tidak cukup antisipatif, maka persoalan akan tambah rumit," katanya.