EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengakui adanya resiko pertumbuhan ekonomi 2013 berada di bawah enam persen. Sebab, realisasi pertumbuhan secara kumulatif semester I 2013 berada di titik 5,92 persen.
Sementara perkiraan pertumbuhan Kementerian Keuangan sebesar 6,0 sampai 6,1 persen. "Kita harus ada ekstra (effort) di semester II. Tapi dengan ekstra saja untuk mencapai 6,3 persen menjadi sangat berat," ujar Chatib saat ditemui kantornya, Jumat (2/8).
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2013 sebesar 5,81 persen. Realisasi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I 2013 tercatat 6,03 persen. Sehingga secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi pada semester I 2013 sebesar 5,92 persen.
Berdasarkan data BPS, laju pertumbuhan menurut pengeluaran, konsumsi rumah tangga bertumbuh 5,05 persen dibandingkan triwulan I 2013.
Kemudian konsumsi pemerintah tumbuh 2,13 persen, pembentukan modal tetap bruto (investasi) 4,67 persen, ekspor barang dan jasa 4,78 persen serta impor barang dan jasa tumbuh 0,62 persen.
Sementara dari sumber pertumbuhan 5,81 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga menyumbang 2,77 persen, konsumsi pemerintah 0,16 persen, PMTB 1,18 persen, ekspor barang dan jasa 2,26 persen dan impor barang dan jasa 0,25 persen.
"Pertanyaannya sekarang, dari sumbernya kalau ekstra effort apabila pertumbuhan ingin enam persen atau lebih?," tanya Chatib.
Menurut Chatib, konsumsi rumah tangga masih menjadi andalan untuk mendorong pertumbuhan. Efek inflasi tinggi pada Juli 2013 diperkirakan akan mereda pada Agustus dan September 2013.
"Sehingga saya berharap pertumbuhan ekonominya nanti tidak lagi bergantung pada investasi tapi konsumsi rumah tangga," kata Chatib.
Kemudian dari konsumsi pemerintah, Chatib menjelaskan gaji ke 13 yang baru dikeluarkan pada Juli 2013 akan mendorong pengeluaran pemerintah dan konsumsi rumah tangga.
Langkah-langkah percepatan konsumsi pemerintah terus diupayakan Kementerian Keuangan. Salah satunya dengan cara simplifikasi prosedur pencairan anggaran.
"Dengan effort tersebut, harapannya mungkin 6,3 persen agak susah, tapi kita akan berusaha di atas enam persen," ujar Chatib.
Wakil Menteri Keuangan II Mahendra Siregar mengatakan sejak sepuluh triwulan terakhir, baru di triwulan II 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di bawah 6,0 persen. "Sehingga terlihat cukup mencolok," kata Mahendra.
Meskipun demikian, Mahendra mengatakan pertumbuhan relatif melambat, tetapi tidak turun secara drastis. Secara khusus, Mahendra menyoroti kontribusi ekspor yang sebenarnya dapat ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan. "Perlu strategi tersendiri untuk itu," katanya.