EKBIS.CO, MALANG -- Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat inflasi di kota itu pada Juli melampaui target Bank Indonesia, karena prediksi awal hanya sebesar 2-2,2 persen, namun inflasi tersebut justru melambung tinggi hingga mencapai 3,49 persen.
"Selama Juli ini, seluruh daerah indeks harga konsumen (IHK) di Jatim mengalami inflasi. Kota Malang menduduki posisi ketiga setelah Sumenep yang mencapai 3,84 persen dan Madiun 3,60 persen," kata Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Kota Malang Enny Fatma Setyorini di Malang, Sabtu (3/8).
Sebelumnya, pengamat ekonomi Universitas Brawijaya Malang Prof Dr Ahmad Erani Yustika memperkirakan inflasi Juli akan mencapai angka 2 persen sampai 2,5 persen.
Menurut Enny, tingginya inflasi Juli tersebut juga memicu tingginya inflasi tahun kalender 2013 yang mencapai 6,73 persen, padahal prediksi BI inflasi tahun kalender hanya 4,5 peren plus minus satu persen. Sejumlah komoditas yang menjadi pemicu tingginya inflasi adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Juni lalu serta kenaikan harga komoditas pangan pokok yang menjadi efek domino dari kenaikan harga BBM.
Kenaikan harga BBM menjadi penyumbang terbesar inflasi Kota Malang, yakni mencapai 0,87 persen, disusul kenaikan tarif angkutan kota yang menyumbang terbesar kedua, yakni mencapai 0,46 persen. Sementara komoditas bahan pangan pokok juga tetap menjadi penyumbang inflasi Kota Malang. Ada enam bahan pokok yang secara signifikan menyumbang inflasi, yakni cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, beras, dan tomat sayur.
"Kenaikan harga BBM ini berimbas cukup luas terhadap sejumlah komoditas, termasuk kenaikan tarif angkutan kota. Sebelumnya tarif angkutan kota sebesar Rp 2.300 untuk umum dan Rp 1.500 untuk pelajar, namun setelah ada kenaikan BBM menjadi Rp 3.000 (umum) dan Rp 2.000 (pelajar)," ucapnya, menambahkan.