Kamis 15 Aug 2013 10:30 WIB

Kesadaran Muslim Gunakan Keuangan Syariah Belum Maksimal

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Nidia Zuraya
keuangan syariah/ilustrasi
Foto: alifarabia.com
keuangan syariah/ilustrasi

EKBIS.CO, KAIRO -- Tampaknya keuangan syariah tidak dianggap sebagai keharusan dalam sebagian besar dunia Muslim, terutama di negara di mana jumlah populasi Muslim cukup besar. Sebagian masyarakat Muslim tidak memiliki cukup uang untuk membuka rekening di bank.

Salah satu kepala investor dana dari Mesir yang tidak disebutkan namanya, tertawa ketika ditanya apakah ada permintaan untuk pembiayaan syariah. "Tidak. Mereka memang meminjam uang, tapi tidak peduli dari mana," ucapnya seperti dikutip dari Al-Bawaba, Rabu (14/8).

Dia mengatakan 95 persen dunia Muslim tidak memiliki akses ke keuangan syariah. Dan mereka tampaknya tidak keberatan. Ini tidak berbicara tentang Muslim yang tinggal di wilayah non-Islam, tetapi Muslim yang tinggal di negara-negara dengan populasi Muslim 98 persen atau lebih seperti Afghanistan, Algeria, Azerbaijan, Komoro, Yordania, Maladewa, Maroko, Niger, Tajikistan, Tunisia, Somalia dan Yaman. Negara-negara tersebut minim mempraktikkan keuangan syariah, bahkan ada yang hampir tidak memilikinya sama sekali. Hanya Iran, Irak dan Turki, negara dengan populasi Muslim besar dan memiliki fitur keuangan syariah cukup.

Indonesia, negara dengan 12,7 persen Muslim di dunia, memiliki industri keuangan syariah kecil dibandingkan dengan tetangganya Malaysia, dan juga Pakistan. Keuangan syariah di Indonesia telah membuat kemajuan namun masih kerdil jika dibandingkan industri keuangan konvensional. India yang juga merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar hanya membuka satu lembaga keuangan syariah.

Salah satu kontributor Al-Bawaba, Rushdi Siddiqui, mengatakan industri keuangan syariah dengan industri halal layaknya sepupu. Semua makanan dan minuman yang dikonsumsi Muslim harus halal. Melihat likuiditas surplus ini, tampaknya cara baik untuk memajukan keuangan syariah adalah membuatnya relevan dengan berinvestasi di industri halal.

"Begitu sedikit akses ke keuangan syariah sehingga banyak bisnis halal justru bergantung pada pendanaan konvensional," kata dia. Siddiqui menyebut, ini berarti sama saja dengan umat Islam dapat memakan burger halal tetapi mungkin tidak mampu untuk berinvestasi dalam rantai burger halal.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement