EKBIS.CO, JAKARTA--Potensi Indonesia sebagai pasar semakin dilirik investor asing, termasuk India. President of Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry (FICCI) Naina Lal Kidwai bahkan mengatakan banyak investor yang lebih berani berinvestasi di Indonesia dibandingkan di India sendiri. "Berinvestasi disini (Indonesia) lebih mudah," katanya ditemui di JW Marriot, Senin (26/8).
Banyak investor India yang memulai usaha rumah tangga. Pengembangan usaha pun banyak dibantu teknologi antara lain internet. Produk-produk India pun akhirnya mendunia.
Ketika bisnis menjadi begitu besar, barulah investor asing lebih serius lagi menggarap pasar. Dalam proses ini, Indonesia termasuk negara favorit para investor dari Negeri Bollywood.
Diantara para delegasi India, pengusaha Indonesia terkenal mudah diajak bekerjasama secara berkelanjutan. Banyak pula perusahaan India yang memiliki keterkaitan usaha dengan perusahan kelas menengah dan kecil di Indonesia.
Sayangnya, iklim investasi yang baik dinilai kurang didukung dengan kelayakan infrastruktur. Regulasi pemerintah dinilai berbelit, sehingga membuat investor harus berpikir panjang untuk berinvestasi di Indonesia. Belum lagi infrastruktur dan logistik dianggap kurang mendukung pengembangan investasi.
Naina melihat ada kemiripan kondisi mengenai apa yang terjadi di India dan di Indonesia. Rupee dikatakan juga terdepresiasi sehingga pertumbuhan ekonomi di India bergerak lambat. Pelaku industri kemudian merespon dengan fokus pada peningkatan ekspor.
India adalah negara pengeskpor hasil industri terbesar sektor Informasi Teknologi (IT) dan Farmasi. Sekitar 62 hingga 80 persen produk IT dari India diekspor ke Amerika Serikat guna mendepresiasikan Rupee.
Agar pembangunan teknologi terjaga, India mendorong pihak swasta untuk mengembangkan industri manufaktur. Hasilnya, kini India termasuk dalam peringkat 10 negara teratas untuk kemajuan teknologi. "Bagi kami masalah depresiasi terhadap mata uang Rupee merupakan masalah yang sangat besar," katanya.
Depresiasi mata uang dianggap menjadi salah satu penghalang India dapat bersaing di pasar global. Untuk itu India membutuhkan negara lain untuk dapat menjadi pasar baru guna memasarkan produknya. Dengan demikian diharapkan perekonomian kembali menjadi stabil.