EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan pada kisaran 6-6,4 persen, menurun dari kisaran 6,4-6,8 persen. Penurunan dipengaruhi oleh penyesuaian ekonomi domestik yang merespons gejolak di pasar dunia.
Angka tersebut masih lebih tinggi daripada perkiraan pertumbuhan ekonomi 2013 yang sebesar 5,8-6,2 persen. "Prospek perbaikan ekonomi nasional 2014 juga ditinjau permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga dan domestik," ujar Gubernur BI Agus Martowardojo, Rabu (28/8).
Ia optimistis perbaikan akan terjadi, utamanya karena meningkatnya pendapatan serta dampak positif penyelenggaraan Pemilu. Investasi juga berpotensi meningkat pada 2014. Namun, Indonesia masih perlu memperhatikan risiko pelemahan ekonomi global.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2014 sebesar 3,7 persen. Membaiknya ekonomi dunia didasari menguatnya perekonomian AS dan Jepang, serta mulai membaiknya kondisi fiskal di Eropa. Agus mengatakan BI akan mencermati prospek transaksi modal dan finansial seiring pengurangan stimulus AS yang pada akhirnya dapat mengurangi aliran modal ke Indonesia.
Namun, Agus yakin Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) akan membaik akibat impor terkendali yang disebabkan pelemahan domestik dan respons dari paket kebijakan pemerintah dan BI. "Ekspor juga akan meningkat," ujar Agus.
Dengan membaiknya NPI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun akan stabil. Prospek perbaikan NPI di 2014 dapat mendorong nilai tukar 2014 berada dalam kisaran Rp 10.500 sampai Rp 10.700 per dolar AS. BI pun optimistis berbagai kebijakan yang ditempuh akan mengembalikan inflasi pada level 4,5 ± 1 persen.
Agus mengatakan BI akan terus memonitor dan merespons tantangan-tantangan agar prospek ekonomi 2014 dapat sesuai harapan. "BI akan menempuh berbagai kebijakan guna tercapainya stabilitas makro ekonomi dan terjaganya sistem keuangan sebagai kesinambungan ke depan," ujar Agus.