EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah kembali tertekan terhadap dolar AS pada Jumat (30/8) pagi sebesar 155 poin seiring dengan ekonomi Amerika Serikat yang mengalami pertumbuhan. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak melemah menjadi Rp 11.075 dibanding sebelumnya di posisi Rp 10.920 per dolar AS.
"Ekonomi AS berekspansi lebih cepat dari perkiraan, dengan tumbuh 2,5 persen pada semester I tahun ini didorong dari lonjakan ekspor serta penurunan angka klaim pengangguran, sehingga hal itu mengangkat mata uang dolar AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat (30/8).
Ia menambahkan kondisi itu itu telah mengembalikan ekspektasi bahwa bank sentral AS (the Fed) akan mulai mengurangi stimulus keuangannya pada September mendatang. "Data-data itu menjadi kabar baik bagi mereka yang mengharapkan pengurangan stimulus keuangan AS pada bulan September mendatang," katanya.
Menurut Ariston, untuk mempertahankan nilai tukar rupiah bergerak stabil, pemerintah harus mampu menekan defisit neraca berjalan yang telah membuat mata uang rentan terhadap tekanan.
Pengamat pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Kamis (29/8) merupakan hal yang tepat dan dibutuhkan untuk dapat mencegah keterpurukan rupiah serta menjaga kestabilan mata uang. Namun, kata dia, pemerintah juga diharapkan menjaga inflasi agar tidak terlalu tinggi. Jika inflasi bisa lebih rendah maka tekanan rupiah akan berkurang. "Pada faktor internal, mengontrol inflasi juga cukup penting," katanya.