EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS mencatat indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi Agustus 2013 sebesar 1,12 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi Juli 2013 yang tercatat 3,29 persen.
Kepala BPS Suryamin dalam temu pers di kantornya, Senin (2/9), mengatakan penurunan inflasi merupakan ekses dari keberhasilan pengendalian harga yang dilakukan oleh pemerintah. Dari tingkat inflasi 1,12 persen, terdapat tiga komoditas utama yang menyumbang inflasi Agustus 2012.
Pertama adalah emas perhiasan yang memiliki andil 0,12 persen dengan perubahan harga terhadap Juli 2013 6,11 persen. Suryamin menjelaskan harga emas belakangan mengalami kenaikan akibat imbas dari kenaikan harga di pasar internasional. "Kenaikan terjadi di 57 kota IHK dengan kenaikan tertinggi di Padang yaitu 15 persen dan Jember 13 persen," kata Suryamin.
Kedua adalah ikan segar yang memiliki andil 0,11 persen dengan perubahan harga 3,68 persen. Suryamin menyebut perubahan cuaca yang mengakibatkan aktivitas nelayan terganggu telah mengakibatkan kenaikan harga ikan segar.
Ketiga adalah tarif listrik dengan andil 0,10 persen dengan perubahan harga 3,97 persen. Kenaikan ini, menurut Suryamin, selaras dengan kebijakan kenaikan tarif yang berlaku di triwulan III. "Kenaikan terjadi di seluruh IHK dengan rentang kenaikan 0,96 sampai 5,93 persen," ujar Suryamin.
Selain ketiga komponen di atas, tarif angkutan kota, tarif angkutan udara, bawang merah dan daging sapi juga memberikan andil terhadap inflasi dengan andil berada pada rentang 0,09 persen sampai 0,02 persen. Sebagai gambaran, dengan inflasi 1,12 persen, maka inflasi tahun kalender berada pada posisi 7,94 persen. Sementara inflasi tahunan tercatat sebesar 8,79 persen. Sedangkan target pemerintah dalam APBN Perubahan 2013 adalah 7,2 persen.
Suryamin menjelaskan inflasi Agustus 2013 1,12 persen adalah yang tertinggi sejak 1999 dalam periode yang sama. Meskipun begitu, Suryamin menilai penurunan dibandingkan Juli 2013 sudah cukup drastis. Terlebih di awal sampai pertengahan Agustus masih terdapat aktivitas yang berkaitan dengan puasa dan lebaran. "Menurut perkiraan kami, sebenarnya ini masih bisa ditekan kalau puasa dan lebaran habis," ujar Suryamin.