EKBIS.CO, JAKARTA--Ekonom menyatakan kenaikan suku bunga acuan BI Rate dan pelemahan rupiah akan menekan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Penyebabnya, kenaikan BI Rate menjadi 7 persen akan mengerek suku bunga pinjaman.
"Bunga pinjaman akan ada kenaikan. Itu akan menjadi tekanan bagi UMKM," ujar Ekonom PT Bank Internasional Indonesia, Tbk (BII), Juniman, Senin (2/9). Sebelum menghadapi tingginya bunga kredit, UMKM terlebih dulu kena imbas kenaikan tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak (BBM).
Tekanan tersebut diperparah dengan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat. Juniman mencontohkan perajin tahu dan tempe. Harga kedelai impor meningkat sehingga biaya produksi menjadi lebih mahal. "Mereka lebih terkena dampak pelemahan rupiah daripada kenaikan BI Rate," ujar dia.
Dengan tekanan yang membesar, resiko kredit bermasalah (NPL) diperkirakan meningkat walaupun peningkatannya tidak signifikan. "NPL tidak besar bagi UMKM," ujar dia.
Pertumbuhan kredit UMKM selama enam bulan pertama tahun ini berlangsung melambat. Data BI menunjukkan, outstanding kredit UMKM perbankan tumbuh 15,3 persen menjadi Rp 583,74 triliun. Padahal, pada 2012, pertumbuhan kredit UMKM mencapai 21,2 persen. Rasio NPL kredit UMKM mengalami penurunan sebesar 107 basis poin menjadi 3,35 persen.