Rabu 04 Sep 2013 22:00 WIB

Pemerintah Prioritaskan Stok Kedelai Ketimbang Stabilisasi Harga

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
 Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Pekerja mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai impor di Duren Tiga, Jakarta, Kamis (22/8). (Republika/Aditya Pradana Putra)

EKBIS.CO, JAKARTA--Pemerintah memprioritaskan pasokan kedelai untuk para pengrajin tempe dan tahu daripada melakukan stabilisasi harga yang hingga saat ini berada pada kisaran Rp9.000 per kilogram. "Khusus untuk kedelai, yang menjadi kunci utama adalah memastikan pasokan kedelai tersedia untuk para pengrajin tahu tempe," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi, seusai melakukan rapat koordinasi di Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Rabu (4/9).

Bayu mengatakan, pasokan tersebut merupakan prioritas pemerintah dan saat ini jumlah kedelai yang tersedia dalam negeri masih dalam jumlah yang cukup namun dalam waktu dekat akan ditambah kembali.

"Dalam waktu hitungan minggu, akan ada dua kapal yang mengangkut kedelai masing-masing sebanyak 60 ribu ton masuk ke Indonesia, totalnya 120 ribu ton dan saya yakin pasokan terjamin," ujar Bayu.

Bayu menjelaskan, terkait dengan kenaikan harga kedelai, hal tersebut disebabkan pergolakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang sangat terkait dengan importasi kedelai ke Indonesia. "Untuk harga jual, sulitnya adalah, kita berhadapan dengan kurs yang merupakan faktor penting. Kita harus memperhatikan langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan nilai tukar," kata Bayu.

Ia menambahkan, pemerintah sendiri juga telah menghapuskan harga jual pengrajin (HJP) terkait dengan fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS tersebut. "HJP dihapus karena masalah kurs, kuncinya adalah bagaimana harga bisa bergerak sesuai dengan apa yang terjadi karena kita tidak memiliki intervensi dengan subsidi," kata Bayu.

Bayu menjelaskan, jika HJP diterapkan namun tidak ada langkah intervensi dengan subsidi, maka dalam prakteknya akan mengalami kesulitan. "Ini bukan hal yang mudah dan bukan situasi yang ideal, kita berharap ada kebijakan yang lebih baik terutama bagi para pengrajin UKM," ujar Bayu.

Bayu mengatakan, dengan adanya kebijakan yang lebih baik tersebut diharapkan apabila ada kenaikan harga bahan baku akibat kurs, tidak seberat yang dirasakan oleh pengrajin UKM saat ini. Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menambah alokasi importasi kedelai sebanyak 40.000 ton yang diperuntukkan bagi Perum Badan Urusan Logistik (Bulog).

Secara keseluruhan, total alokasi impor kedelai ke Indonesia sebanyak 624 ribu ton hingga akhir tahun 2013. Hingga saat ini, harga kedelai masih bertahan tinggi dan pada tingkat petani, harga kedelai mencapai rata-rata Rp9.000 per kilogram (kg). Produksi dalam negeri hanya sebanyak 700 ribu ton, sementara kebutuhan kedelai mencapai 2,5 juta ton per tahun.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement