EKBIS.CO, BANJARMASIN--Muncul pandangan sektor pertanian di Indonesia belakangan ini semakin seksi karena kian berprospek cerah dan menguntungkan. Pendapat diutarakan anggota Komisi IV DPR-RI Habib Nabiel Fuad Almusawa dalam keterangan persnya kepada komunitas wartawan parlemen atau Journalist Parliament Community (JPC) Kalimantan Selatan, di Banjarmasin, Rabu (4/9).
"Apalagi momentum tingginya harga-harga komoditas pertanian, menyusul melemahnya nilai tukar rupiah dengan dolar Amerika Serikat bisa berdampak pada semangat kembali ke desa untuk bertani," lanjut legislator asal daerah pemilihan (dapil) Kalsel itu.
Saat usaha pertanian makin menggiurkan, menurut alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB), Jawa Barat itu, setidaknya bisa mengurungkan niat petani muda yang hendak mencari peruntungan ke kota dengan beralih ke profesi lain. "apalagi yang berorientasi ekspor, sedang tinggi, ini bisa memacu semangat petani untuk lebih giat bekerja agar mendapatkan hasil yang optimal," ujarnya.
"Insentif harga tersebut, diharapkan pula bisa menarik semangat petani yang sudah terlanjur ke kota untuk kembali ke desa," paparnya mengomentari hasil Sensus Pertanian 2013 (SP2013) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Mei lalu.
"Apalagi tingginya inflasi akibat kenaikan BBM beberapa waktu lalu, harga berbagai kebutuhan menjadi lebih mahal. Penghasilan buruh pabrik di kota menjadi tidak sebanding dengan pengeluarannya, bisa-bisa lebih besar pasak daripada tiang," paparnya.
Dalam kondisi seperti itu, wakil rakyat yang menyandang gelar insinyur dan magister bidang pertanian tersebut berharap, banyak warga tani yang memilih untuk kembali dan menjalani hidup di desa. "Karena bertani di desa tidak kalah menjanjikan sebagai sumber kehidupan, asalkan bekerja keras, warga desa juga bisa sejahtera. Kesejahteraan bukan hanya milik penduduk kota."
Iaa meminta pemerintah agar terus memperkuat desa dengan infrastruktur yang memadai, sehingga petani di pedesaan juga menikmati harga komoditas pertanian yang sedang membaik."Harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani jangan habis di jalan karena tingginya biaya transportasi,"