EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) terus memantau perkembangan laporan kekeringan di sejumlah daerah. Namun berdasarkan data Kementan, kekeringan hanya berpeluang kecil sebagai penyebab gagal panen atau puso.
"Penyebab puso itu 90 persen lebih akibat banjir, bukan kekeringan," ujar Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Rusman Heriawan ditemui di komplek Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Kamis (5/9).
Kekeringan dikatakan memberikan dampak yang berbeda apabila dibandingkan dengan banjir. Apabila terjadi banjir, maka lahan akan langsung habis terkena limpahan air. Namun dalam hal kekeringan, petani punya kesempatan melakukan panen dini pada lahan yang telah digarapnya selama beberapa waktu.
Rusman mengatakan pihaknya selalu memonitor kondisi lahan pertanian setiap waktu. Selama ini ada tiga hal yang bisa menyebabkan puso. Berdasarkan dampaknya, banjir menempati urutan pertama, kemudian kekeringan, terakhir gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Serangan OPT biasanya terjadi pada musim kemarau basah.
Lebih jauh, ia menilai kondisi ini merupakan situasi yang akan terjadi setiap tahun. Fokus Kementan saat ini yaitu melakukan penanganan lebih cepat agar tingkat kerusakan bisa diminimalisir. "Paling tidak, banjir pasti berulang ketika debit air tinggi. Ketika musim kemarau ya kekeringan," katanya.