EKBIS.CO, LONDON -- Lembaga keuangan syariah harus lebih kompetitif mengatasi meningkatnya permintaan global. Lembaga keuangan syariah dinilai masih relatif kecil dan perlu meningkatkan jangkauan.
Penulis artikel Keuangan Syariah, Ashruff Jamall memproyeksi keuangan syariah global akan tumbuh 35 persen pada 2030. "Ini memicu permintaan terhadap produk-produk keuangan syariah," ujarnya seperti dikutip The National, Selasa (10/9).
Aset keuangan syariah global diharapkan dapat tumbuh dua kali lipat menjadi 2,6 triliun dolar AS pada 2017. Produk keuangan syariah memiliki daya tarik bagi kaum Muslim dan para investor. Keuangan syariah di wilayah Teluk Arab memberikan 7,1 persen Return on Equity (ROE) pada 2006 hingga 2011 dibandingkan ROE yang disediakan perbankan sebesar 14,6 persen.
Menurut perusahaan jasa multinasional profesional PricewaterhouseCoopers (PwC), keuangan syariah harus fokus pada nasabah dan efisiensi operasional yang lebih baik. "Perbaikan struktur pemerintahan seperti independensi Dewan Syariah adalah salah satu tantangan yang harus diatasi," kata PwC.
World Islamic Economic Forum (WIEF) kesembilan akan diadakan pertama kali di negara non Muslim yakni Inggris, tepatnya di London pada 29 hingga 31 Oktober. London telah berjuang keras memperebutkan posisi menjadi tuan rumah dengan Rusia dan Kanada.
Ketua WIEF Tun Musa Hitam mengatakan London memiliki sektor terbesar perbankan syariah di luar Timur Tengah dan Asia. London memiliki 22 bank berbasis syariah atau tawaran-tawaran produk syariah.
Acara tersebut mendapat dukungan dari Perdana Menteri Inggris David Cameron dan akan dihadiri pula oleh para pemimpin dunia lainnya termasuk Perdana Menteri Malaysia, Pakistan, Maroko, Pangeran Mahkota Bahrain dan Sultan Brunei. "Setelah delapan tahun, ini pertama kalinya WIEF berkeliaran di luar dunia Muslim," kata Tun Musa. Beberapa topik yang akan dibahas adalah potensi perempuan sebagai pendorong pertumbuhan, harmonisasi perbankan syariah dan Barat serta keuangan mikro syariah.