EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah bergerak menguat ke posisi Rp 11.361 per dolar AS pada Selasa (10/9) sore menyusul belum adanya kesepakatan bank sentral AS (the Fed) untuk mengurangi stimulus keuangannya. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore menguat sebesar 219 poin menjadi Rp 11.361 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.580 per dolar AS.
"Dolar AS kembali melemah terhadap mayoritas mata uang dunia di tengah berlanjutnya perdebatan the Fed mengenai penerapan tapering program stimulusnya, menyusul data pekerjaan AS yang dinilai tidak sesuai ekspektasi," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.
Ia menambahkan data ekspor Cina yang tumbuh melampaui ekspektasi menambah optimisme pelaku pasar keuangan terhadap ekonomi di kawasan Asia akan kembali pulih dan berdampak pada penguatan nilai tukar. "Munculnya harapan akan stabilnya kondisi perekonomian Cina dan berkurangnya kecemasan atas serangan militer AS ke Suriah telah memberikan sentimen positif," katanya.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menambahkan penguatan rupiah terhadap dolar AS juga tidak lepas dari intervensi Bank Indonesia di pasar uang domestik. "Adanya kenaikan tipis cadangan devisa dan penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) juga cukup membantu penguatan rupiah," ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, penguatan rupiah juga cukup terbantukan dari inflasi Cina yang cukup stabil sehingga berimbas positif pada laju mayoritas mata uang regional. Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Selasa ini, tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp 11.180 dibanding sebelumnya di posisi Rp 11.188 per dolar AS.