EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) menyesuaikan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) karena permintaannya masih cukup tinggi. Bank Indonesia (BI) telah mensinyalkan perbankan untuk mengerem kreditnya seiring dengan perlambatan ekonomi.
"Penyesuaian suku bunga sedang kita kaji secara mendalam," ujar Sekretaris Perusahaan BRI Muhammad Ali, Senin (16/9). Penyesuaian bunga kredit juga bertujuan untuk menjaga kualitas kredit.
Selain menyesuaikan kredit KPR, BRI juga menaikkan bunga kredit kendaraan bermotor (KKB). Alasannya serupa, yakni karena permintaan masih cukup tinggi. Sektor lain pun mengalami kenaikan bunga kredit dengan besaran yang bervariasi.
Sementara itu, kredit untuk sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tidak dinaikkan. Menurut Ali, penyaluran kredit tidak direm karena sejumlah UMKM yang berorientasi ekspor justru sedang menggenjot ekspornya saat ini seiring menguatnya dolar AS. "Mereka justru membutuhkan kredit dari bank untuk memproduksi barang-barang ekspor. Ini tentu harus difasilitasi karena ekspor yang meningkat akan mengimbangi defisit neraca pembayaran," ujar Ali.
Direktur Keuangan BRI, Achmad Baiquni, mengatakan suku bunga kredit mikro di BRI tidak dinaikkan agar tidak memberatkan pelaku UMKM. Hal tersebut bida dilakukan karena BRI menekan biaya dana. Biaya dana dapat dipertahankan tetap rendah jika bank banyak menghimpun dana murah yakni tabungan dan giro.
BRI juga berupaya menghimpun dana milik pemerintah yang digunakan untuk transaksi dan pembayaran. Langkah lainnya adalah meningkatkan layanan transaksional seperti kartu kredit dan kartu debet. Adapun dari sisi operasional, BRI juga terus meningkatkan efisiensi di segala lini.
Walaupun BI Rate terus naik dan pertumbuhan ekonomi melambat, BRI tetap mematok target penyaluran yang tinggi, yakni sebesar 20-22 persen. Pasalnya, lebih dari 80 persen kredit BRI disalurkan ke sektor UMKM yang memiliki daya tahan tinggi menghadapi gejolak ekonomi. BRI optimistis target tersebut dapat tercapai.