EKBIS.CO, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad menilai bahwa sentimen dari kesepakatan senat AS yang menaikkan batas atas (plafon) utangnya cukup positif meski hanya bersifat sementara.
"Paling tidak memberikan energi pada pasar keuangan baik di dalam maupun di luar Indonesia," ujar Muliaman D Hadad dalam pidato penganugerahan ARA 2012 di Jakarta, Kamis (18/10) malam.
Ia mengemukakan bahwa Indonesia tidak bisa melakukan kontrol yang terjadi di AS, begitu pun dengan kebijakan pengurangan (tapering) stimulus keuangan bank sentral AS (The Fed).
"Apapun yang terjadi di eksternal, kita harus tetap fokus pada fundamental keuangan, saya percaya penerapan 'good corporate governance' (GCG) akan baik untuk jangka panjang," katanya.
Ia mengatakan pihaknya akan terus mendorong kedalaman pasar modal Indonesia sehingga tidak mudah goyah terhadap sentimen negatif yang datang. "Kita akan dorong pasar modal lebih dalam, karena kita ingin pasar yang tidak mudah goyah, kita juga akan menambah basis jumlah investor terutama lokal," katanya.
Muliaman mengharapkan dengan pasar modal yang kuat maka kebutuhan jangka panjang Indonesia nantinya akan dipenuhi oleh industri pasar modal.
Sementara itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan bahwa kesepakatan senat AS untuk menaikan plafon utangnya masih tetap perlu dicermati.
"Senat AS telah menyetujui penaikan plafon utang AS. Namun, perlu dicermati juga berapa lama batas atas utang AS itu dapat bertahan," katanya.
Kemudian, lanjut dia, kapan anggaran dan pendapatan belanja negara (APBN) pemerintah AS akan disetujui oleh kongres sehingga berhentinya kegiatan (shutdown) pemerintahnya dapat selesai. "Meski demikian, paling tidak adanya kesepakatan AS itu, pasar keuangan memiliki ruang baru untuk 'bernafas'," ucapnya.