EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor minyak dan gas (migas) turun 0,06 persen dibandingkan Agustus 2013. Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri mengatakan turunnya impor migas menandakan perbaikan dalam defisit transaksi berjalan dengan mengurangi migas sudah terlihat.
"Dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) lalu itu sudah konsisten di Agustus-September. Konsisten begitu," ujar Chatib, Jumat (1/11).
Walaupun impor migas turun, nilai impor secara keseluruhan meningkat. Tercatat impor September meningkat 18,86 persen bila dibandingkan Agustus 2013 dan tumbuh 0,77 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 15,47 miliar dolar AS. "Saya kira kenaikan sedikit dalam impor karena pada Agustus lalu terkait lebaran, sehingga aktivitas agak mengalami penurunan," ujar dia.
Impor terbesar berasal dari nonmigas, yaitu 76,2 persen dari total ekspor. Sebagian besar barang yang diimpor merupakan bahan baku. Nilainya mencapai 74,9 persen dari total impor. Chatib mengatakan impor barang modal dan bahan baku yang tinggi menandakan pertumbuhan Indonesia masih relatif kuat.
"Jadi mungkin more or less konsisten dengan angka investasi dari BKPM di kuartal III," ujar dia. Dengan melihat impor non migas, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen masih dapat tercapai.
Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2013 kembali mengalami defisit sebesar 657,2 juta dolar AS. Padahal, pada bulan sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia surplus 132,4 juta dolar AS. Chatib optimistis hingga kuartal III defisit transaksi berjalan masih di bawah 4,4 persen. Sedangkan angka defisit hingga akhir tahun diperkirakan 3,3-3,5 persen. "Jadi ini menunjukkan bahwa trade balance sudah bisa membaik," ujar Chatib.