EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2013 mencapai 5,62 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan triwulan III 2013 didorong oleh pertumbuhan pada komponen pengeluaran pemerintah sebesar 5,64 persen, konsumsi rumah tangga (2,92 persen) dan pembentukan modal tetap bruto (2,85 persen).
Sedangkan komponen ekspor neto mengalami pertumbuhan positif yakni ekspor barang dan jasa tumbuh -0,03 persen dan impor barang dan jasa tumbuh -5,28 persen. Demikian disampaikan Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Rabu (6/11).
Suryamin menjelaskan, pertumbuhan komponen pengeluaran pemerintah didorong oleh kebijakan pemerintah agar kementerian/lembaga (K/L) mempercepat penyerapan anggaran. "Peningkatan terjadi pada belanja barang nonoperasional dan jasa. Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, memang ada percepatan penyerapan anggaran pada triwulan III," terang Suryamin.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, kata Suryamin, salah satunya dipengaruhi oleh perhelatan pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) di 54 provinsi, kabupaten dan kota. Jumlah itu meningkat dibandingkan triwulan II sebanyak 44 pemilukada. "Ini berdampak ke pertumbuhan ekonomi karena adanya kegiatan seperti pembuatan kaos (untuk kampanye)," kata Suryamin.
Terkait pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi Juni silam terhadap tingkat konsumsi rumah tangga, Suryamin membenarkan adanya pengaruh itu. Ini tercermin dari tingkat indeks harga konsumen (IHK) alias inflasi yang tinggi. Namun, penghambat pertumbuhan itu dikompensasi oleh tingginya konsumsi saat bulan puasa dan lebaran.
"Ada pengaruh pembayaran gaji ke 13 pada Juli, pemberian BLSM (bantuan langsung sementara masyarakat) dan bantuan-bantuan sosial lainnya pada September," papar Suryamin.
Sementara untuk pembentukan modal tetap bruto (PMTB), pertumbuhan ditopang oleh peningkatan penggunaan barang-barang modal berupa mesin dan alat-alat lainnya baik dari domestik maupun impor. "PMTB yang mengalami perlambatan juga didorong oleh pelemahan nilai tukar rupiah yang berimbas pada turunnya impor barang modal. Ini berpengaruh ke sektor konstruksi yang ujung-ujungnya memengaruhi PMTB," papar Suryamin.
"Tetapi, walau impor barang modal melambat, PMTB tetap tumbuh," tambahnya.
Pertumbuhan triwulan III 2013 dibandingkan triwulan II 2012 dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,48 persen, pengeluran konsumsi pemerintah (8,83 persen), PMTB (4,51 persen), ekspor barang dan jasa (5,26 persen) dan impor barang dan jasa (3,80 persen). Struktur PDB menurut pengeluaran baik di 2012 maupun 2013 tidak banyak mengalami perubahan.
Struktur PDB menurut pengeluaran pada triwulan III 2013 masih didominasi komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang memberikan kontribusi 55,33 persen. Kemudian diikuti oleh PMTB 33,37 persen, impor barang dan jasa 24,17 persen, ekspor barang dan jasa 22,15 persen dan pengeluaran konsumsi pemerintah 9,05 persen.
Sementara struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan III 2013 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan sumbangan terhadap PDB 58,20 persen. Kemudian diikuti oleh Pulau Sumatera 23,75 persen, Pulau Kalimantan 8,45 persen, Pulau Sulawesi 4,87 persen dan sisanya 4,73 persen di pulau-pulau lain. Di Jawa masih didominasi DKI Jakarta (16,58 persen), Sumatra oleh Riau (6,83 persen), Kalimantan oleh Kalimantan Timur (5,33 persen) dan Sulawesi oleh Sulawesi Selatan (2,52 persen).