Rabu 20 Nov 2013 05:16 WIB

Mengusung Ekonomi dengan Kekuatan Sapu Lidi

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Mansyur Faqih
  Petugas Bank Indonesia menunjukkan pin Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!) usai diluncurkan Presiden SBY di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Ahad (17/11). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Petugas Bank Indonesia menunjukkan pin Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!) usai diluncurkan Presiden SBY di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Ahad (17/11). (Republika/Aditya Pradana Putra)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Seluruh pemangku kepentingan industri syariah di Tanah Air sepakat memasuki fase baru yang terintegrasi. Pelaku industri, otoritas, hingga lembaga penunjang, bahu membahu bersinergi membangun sistem ekonomi nasional yang lebih maju.

Ketua Umum Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah (PKES) Halim Alamsyah mengatakan, pada 2013 sudah saatnya pelaku ekonomi syariah bersatu untuk memperkokoh posisi dan kekuatan daya saingnya. Apalagi ini termuat dalam cetak biru perbankan syariah.

Disebutkan, pada fase 2013-2015 fokus kebijakan pengembangan perbankan syariah sudah mulai diarahkan pada integrasi. Mulai dengan sistem keuangan lain mau pun kolaborasi yang lebih luas. Sehingga sistem keuangan syariah lebih berkontribusi bagi pembangunan.

Integrasi ini, kata Halim, sangat penting untuk bisa menumbuhkan kesadaran kolektif para pemangku kepentingan agar keuangan syariah bisa menjadi gaya hidup masyarakat. "Tidak hanya perbankan tapi juga lembaga keuangan nonbank, sistem syariah yang merambah ke sektor riil, seperti hotel dan restoran," ujar Halim, dalam acara peluncuran Gerakan Ekonomi Syariah (Gres), Ahad (17/11).

Gres bisa menjadi contoh bagaimana membangun gerakan terintegrasi untuk memajukan syariah di Indonesia. Kampanye ini merupakan program yang mencakup seluruh pemangku kepentingan, dari pelaku bisnis, regulator hingga asosiasi. Gres pun dipandang sebagai batu lompatan menjadikan Indonesia sebagai pusat kemajuan keuangan syariah internasional.

Pada 2008, Bank Indonesia mencanangkan program iB Vaganza untuk sosialisasi dan edukasi masyarakat terhadap ekonomi yang meliputi kegiatan festival ekonomi syariah. Kini seluruh pemangku kepentingan sepakat melompat lebih jauh agar perekonomian syariah melaju lebih kencang.

Gres resmi diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dilakukan di 24 kota di 16 provinsi se-Indonesia. Gerakan bersama yang diluncurkan ini diharapkan bisa memunculkan ekonomi dengan kekuatan sapu lidi. Artinya, seluruh stakeholder tak lagi berjalan masing-masing, namun sudah dalam satu integrasi bersama.

Artinya, bank, asuransi, pasar modal, pembiayaan, bisnis islami, Bank Indonesia, OJK, Kementerian UKM, Kementerian Agama, Kementerian BUMN, MUI serta asosiasi usaha syariah diharapkan bisa menggarap pangsa pasar syariah dengan lebih massif. Kebersamaan yang direncanakan ini diharapkan bisa menjadi efek bola salju di antara sesama pelaku keuangan syariah sehingga kontribusinya bisa lebih meluas.

Semua program yang dilaksanakan pun diarahkan untuk bisa membangun kesadaran masyarakat agar menerapkan prinsip syariah dalam kehidupan sehari-hari.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardoyo menambahkan, dengan banyaknya jumlah Muslim di Indonesia, sepatutnya gaung ekonomi syariah bisa terasa hingga seluruh pelosok negeri. Para pemangku kepentingan seyogyanya mendukung gerakan ini agar bisa lebih luas dirasakan oleh masyarakat.

"Dengan perencanangan ini seluruh stakeholder bisa tergerak memaksimalkan sumber daya yang ada untuk bersinergi membangun sistem ekonomi syariah yang lebih berkembang maju," ujar Agus.

Ia menambahkan, industri keuangan syariah selama ini terbukti bisa tahan terhadap krisis. Nilai-nilai syariah yang menghindarkan transaksi keuangan dari spekulasi terbukti membuat industri tetap tumbuh kuat, meski pun keuangan global sedang dalam kondisi krisis.

Saat pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini lebih lambat dari perkiraan, aset industri syariah justru melesat dengan menginjak angka 1,6 triliun dolar AS dan laju pertumbuhan 20 persen setiap tahun. Di dalam negeri, aset industri syariah tumbuh rata-rata 38 persen per tahun. 

Pencapaian ini lebih tinggi ketimbang pertumbuhan perbankan nasional yang hanya 18 persen. Saat ini, sudah ada 11,7 juta rekening syariah atau sembilan persen dari porsi rekening bank yang dikelola perbankan nasional.

Di sisi lain, aset perbankan syariah baru 4,9 persen dari perbankan konvensional. Artinya, ruang masih terbuka luas dan menjadikan Gres penting dalam menciptakan industri keuangan syariah yang makin maju dan mapan.

Syariah untuk Sejuta Wirausaha Baru

Bersatunya elemen masyarakat syariah melalui Gres juga menargetkan dapat menciptakan satu juta wirausahawan baru. Misalnya, program ‘Sejuta Berdaya’ sebagai sarana pelaku industri syariah untuk memanfaatkan dana kebajikan (qardul hassan) dan dana sosial untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Sejuta Berdaya merupakan program patungan antara pelaku industri syariah yang akan diberikan kepada satu juta calon wirausaha. Sumbernya beragam, dari dana nonhalal, zakat, infaq dan sedekah. Program ini diharapkan bisa membangun ketahanan ekonomi mikro serta menjangkau masyarakat yang tidak memiliki akses sistem keuangan.

Dalam jangka waktu tiga tahun, program ini diharapkan mendapatkan dana Rp 1 triliun yang akan dibagikan kepada satu juta wirausahawan. Sebagai awal, sudah terkumpul dana Rp 65 miliar yang akan dibagikan kepada 65 ribu penerima di 11 provinsi untuk dibina menjadi pengusaha baru.

Deputi Direktur Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia, Nasirwan mengatakan, pemberdayaan ekonomi ini diharapkan bisa mengangkat masyarakat produktif namun belum bankable agar bisa terbantu dalam perolehan modal usaha.

Ini mengingat, ada masyarakat sangat miskin yang masih mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan primernya dan masyarakat produktif yang nonbankable. Berdasarkan prinsip syariah, masyarakat dalam golongan ini berhak untuk mendapatkan dana kebajikan.

Untuk pelaksanaannya, lembaga amil zakat akan menjalankan fungsi pengembangan masyarakat (community development) dengan memanfaatkan dana kebajikan dari pelaku industri syariah, baik perbankan mau pun nonperbankan. Kepada dua kelompok masyarakat tersebut, LAZ akan menyalurkan dana bergulir yang diperoleh dari dana kebaikan.

Kepada kelompok masyarakat paling miskin, dana akan diberikan dengan tujuan agar masyarakat ini bisa lebih mandiri. Sementara, bagi masyarakat produktif namun belum bankable, dana dipinjamkan tanpa biaya administrasi dengan harapan masyarakat yang semula nonbankable bisa memiliki akses terhadap perbankan. 

Ia menjelaskan, penerima manfaat Sejuta Berdaya ini akan mendapatkan bekal, pendampingan serta pengembangan usaha. Melalui program ini diharapkan bisa mencetak wirausahawan yang profesional serta mampu membangun ekonomi bangsa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement