EKBIS.CO, BATAM -- PT Pertamina (Persero) meresmikan dimulainya pembangunan dan pengoperasian tujuh proyek dengan total nilai investasi 340 juta dolar AS atau setara sekitar Rp 4 triliun.
Dirut Pertamina Karen Agustiawan saat peresmian yang dipusatkan di Pulau Sambu, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (12/2) mengatakan, proyek-proyek tersebut akan memperkuat kehandalan pasokan BBM dan elpiji di dalam negeri. "Proyek ini juga merupakan upaya Pertamina menjadi pemain utama bisnis niaga migas di tingkat regional," ujarnya.
Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina Hanung Budya merinci, ketujuh proyek tersebut adalah peletakan batu pertama (groundbreaking) penambahan kapasitas terminal BBM di Pulau Sambu, Batam sebesar 150 ribu kiloliter (kl). Saat ini, kapasitas terminal Sambu yang sudah berdiri sejak 1897 adalah 210 ribu kl.
Penambahan 150 ribu kl tersebut merupakan tahap satu yang terbagi menjadi empat tangki dengan kapasitas masing-masing 2x25 ribu kl dan 2x50 ribu kl. Tahap kedua direncanakan bertambah 300 ribu kl dan terakhir 235 ribu kl, sehingga total kapasitas terminal Sambu menjadi 835 ribu kl. Keseluruhan tiga tahap proyek terminal Sambu ditargetkan rampung 2020.
Menurut Hanung, terminal bakal dilengkapi dermaga berkapasitas sandar kapal 100 ribu ton (DWT) dan fasilitas pencampuran solar dan minyak bakar. Terminal Sambu juga akan dimanfaatkan Pertamina bekerja sama jasa penyimpanan dengan PT Pertamina Energy Services Ltd (PES), anak usaha Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Kerja sama tersebut mendukung PES menjadi "trader" di Asia Tenggara.
"Terminal ini juga akan memasok bahan bakar untuk kapal-kapal internasional yang melalui Selat Malaka," kata Hanung. Nilai proyek Sambu 94,8 juta dolar AS dengan jangka waktu konstruksi 24 bulan.
Proyek kedua, lanjut Hanung, adalah peletakan batu pertama penambahan kapasitas tangki timbun premium di Terminal BBM Tanjung Uban, Bintan, Kepri sebesar 200 ribu kl. Serupa Sambu, terminal Tanjung Uban akan dilengkapi dermaga baru 100 ribu DWT serta fasilitas pencampuran mogas. Fasilitas dengan nilai proyek 62,4 juta dolar AS juga dibangun selama 24 bulan.
Proyek Tanjung Uban tersebut akan meningkatkan stok premium nasional hingga tiga hari. Penambahan kapasitas stok premium tersebut juga bakal mengurangi pembelian impor saat kondisi darurat. "Kedua proyek terminal ini akan tuntas akhir 2016," kata Hanung.
Proyek ketiga adalah pengoperasian kapal tanker elpiji raksasa (very large gas carrier/VLGC) berkapasitas 50 ribu ton. Kapal dengan panjang 225,8 meter merupakan VLGC terbesar dan pertama di dunia yang dimiliki Pertamina. Nilai proyek VLGC yang dibangun di galangan terbesar dunia Hyundai Heavy Industries, Korea Selatan adalah 76,2 juta dolar AS.
Keempat, pengoperasian terminal elpiji bertekanan di Panjang, Lampung dengan kapasitas 5.000 ton. Terminal yang dioperasikan 2011 melayani distribusi elpiji di Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Proyek kelima adalah pengoperasian depo pengisian pesawat udara (DPPU) di Kualanamu, Medan, Sumatra Utara. Serta, dua proyek lainnya berupa penandatanganan prasasti DPPU Hassanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan dan Lombok, Mataram, NTB. DPPU Lombok dan Makassar telah beroperasi 2012 dan Kualanamu pada Agustus 2013. "Proyek DPPU itu juga sebagai antisipasi dibukanya pasar (open access) bahan bakar penerbangan domestik," ujar Hanung.