Jumat 14 Feb 2014 17:41 WIB

BI Saran Revitalisasi Pasar Induk Tekan Inflasi

Red: Julkifli Marbun
Bank Indonesia
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Bank Indonesia

EKBIS.CO, BATAM -- Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) kepulauan Riau Gusti Raizal Eka Putra menyarankan Pemerintah Kota Batam segera merevitalisasi Pasar Induk Jodoh untuk mempersingkat jalur distribusi pangan dan menekan inflasi di wilayah itu.

"Revitalisasi Pasar Induk bisa menurunkan harga," kata Gusti Raizal Eka Putra di Batam, Jumat.

Selama ini di Batam tidak ada Pasar Induk sebagai pusat grosir. Semua pasar di Batam adalah pasar umum, sehingga harga yang ditawarkan lebih tinggi.

Padahal kenyataannya warga Batam kebanyakan belanja kebutuhan di warung, yang memasok barang dagangan dari pasar umum, sehingga harga yang ditawarkan lebih tinggi lagi.

Menurut Gusti Raizal, jika ada Pasar Induk yang menawarkan harga grosir, maka warung akan berbelanja di sana dan akhirnya harga di warung-warung kecil bisa lebih murah.

Selain itu, Pasar Induk juga bisa menjamin ketersediaan pasokan, sehingga berdampak pada kestabilan harga.

"Supaya pasokan bahan makanan, kalau ada pasar induk terjamin. Inflasi terjadi karena distribusi barang tidak tersedia," kata dia.

Untuk meminimalkan tekanan inflasi ke depan, ia mengatakan juga perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan konektivitas di wilayah Provinsi Kepri dengan sentra produksi pangan di wilayah sekitarnya, sehingga aktivitas pelayaran dapat dilakukan dengan armada yang lebih besar dan lebih efisien.

"Disamping itu, upaya produksi pertanian terutama sayuran perlu ditingkatkan," kata dia.

Sementara itu, inflasi di Batam naik dari 0,68 persen pada Desember 2013 menjadi 0,73 pada Januari 2014 akibat cuaca buruk yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

Ia mengatakan curah hujan tinggi menyebabkan produksi sayur-sayuran di daerah penghasil seperti Jawa, Sumatera Utara, dan wilayah Kabupaten Bintan menurun, hingga mempengaruhi berkurangnya pasokan dan berujung pada meningkatnya harga di Batam.

Gelombang laut yang tinggi hingga lima meter di perairan Kepri juga mengakibatkan aktivitas pelayaran terganggu membuat distribusi pasokan bahan pangan dan lainnya juga terganggu.

"Waktu pelayaran menjadi lebih lama hingga dua hari dan memicu kenaikan harga," kata Gusti Raizal.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement