EKBIS.CO, JAKARTA -- Pengusaha furnitur tengah berupaya meningkatkan ekspor. Pengakuan atas Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dinilai membuka peluang usaha yang lebih luas di pasar global.
Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajian Indonesia (Asmindo), M Taufik Gani mengatakan nilai ekspor ditargetkan mencapai 5 miliar dolar AS dalam lima tahun kedepan. Angka ini disebut realistis melihat total ekspor furnitur dunia yang saat ini mencapai 122 miliar dolar AS.
saat ini ekspor furnitur dunia masih dikuasai oleh Cina sebesar 40 persen. Sementara negara Vietnam berkontribusi senilai 4 miliar dolar AS. "Indonesia baru mendekati 2 miliar dolar AS," katanya akhir pekan ini.
Nilai ekspor furnitur di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, nilainya sebesar 1,37 milar dolar AS. Lalu, pada 2010 tercatat 1,16 miliar dolar AS.
Sedangkan pada tahun 2011 nilainya naik lagi hingga 1,38 miliar dolar AS. Namun nilainya kembali turun di tahun 2012 menjadi 1,4 milar dolar AS. Masih diperlukan upaya untuk mempromosikan produk furniture unggulan Indoensia agar nilai ekspor bertahan stabil bahkan meningkat.
Produk Indonesia juga memiliki peluang luas paska pengakuan terhadap Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK). Konsep hijau ini dinilai efektif mengurangid ampak isu pembalakan liar yang menghantui produk kayu asal Indonesia.