EKBIS.CO, JAKARTA -- Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) akan melakukan kolaborasi lintas sektor dengan sejumlah pihak untuk memperkuat industri mebel. Ketua Asmindo Dedy Rochimat mengungkapkan, kolaborasi menjadi hal yang sangat penting untuk merespond kritikan Presiden Joko Widodo tentang kinerja industri mebel nasional yang masih tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga.
“Indonesia tidak kekurangan bahan baku untuk industri mebel. Sebab, sumber daya alam berupa hutan produktif ada sekitar 70 juta hektare. Lalu kenapa kita tertinggal dari Malaysia dan Vietnam? Karena itu, industri mebel harus melakukan kolaborasi dengan banyak pihak untuk bisa meningkatkan kinerja,” kata Dedy dalam acara nota kesepahaman UKM Merdeka antara Asmindo dengan 8 institusi di ICE BSD, Banten, seperti dinukil dari Kantor Berita Antara, Senin (18/9/2023).
Menurut Dedy, Asmindo akan memanfaatkan pasar Asia Tenggara yang besar dengan jumlah penduduk sekitar 660 juta jiwa. Menurut dia, Asmindo akan menjalin kerja sama dengan asosiasi furniture di sana untuk memperbanyak penjualan produk mebel Indonesia.
Industri furnitur nasional turut mengalami dampak melemahnya pasar global akibat situasi geopolitik yang terjadi karena perang Rusia dan Ukraina. Inflasi yang disebabkan oleh kondisi resesi menyebabkan turunnya daya beli konsumen di negara-negara importir yang terdampak perang tersebut, terutama negara-negara kawasan Eropa dan Amerika Serikat.
Tahun lalu, pasar furnitur dunia mencatat pendapatan sebesar 695 miliar dollar AS secara global dan diprediksi dapat meningkat hingga 766 miliar dollar AS pada akhir 2023. Indonesia baru mencatatkan pendapatan sebesar 2,8 miliar dollar AS yang berada pada peringkat 17 secara global dan peringkat empat regional Asia–di bawah China, Vietnam, dan Malaysia.
Dedy menjelaskan, nota kesepahaman UKM Merdeka antara Asmindo dengan delapan institusi antara lain Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Universitas Tarumanegara dan PT Katadata Indonesia merupakan sebagai upaya untuk membantu UKM di sektor mebel untuk bisa naik kelas.
“Saat ini, 98 persen pengusaha mebel adalah UKM, hanya 2 persen saja yang masuk skala besar. Karena itu, kami perlu bantuan dari banyak pihak seperti dari praktisi, akademisi dan juga media untuk bisa membuat UKM di industri mebel ini bisa naik kelas. Seperti wejangan yang disampaikan Presiden Jokowi saat membuka pameran IFFINA 2023, UKM mebel harus bisa menjadi tuan rumah di negara sendiri dan juga meningkatkan jumlah ekspor secara signifikan,” kata Dedy.
Dedy menambahkan, Asmindo juga akan berkolaborasi dengan Katadata Indonesia untuk memperkuat data tentang permasalahan yang dihadapi industri mebel nasional saat ini serta potensi yang bisa dimaksimalkan dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah.
“Kolaborasi ini bertujuan untuk membantu UMKM anggota Asmindo mengembangkan potensi bisnis melalui pengolahan data dan informasi serta aktifitas yang diharapkan mampu untuk pengembangan perusahaan dan perluasan pasar,” ujar Dedy.
CEO Katadata Metta Dharmasaputra menambahkan, Katadata sebagai perusahaan media berbasis data mendukung penuh upaya ASMINDO untuk terus meningkatkan kinerja industri mebel nasional.
“Sebagai perusahaan media berbasis data dan riset, Katadata melalui Katadata Insight Center bisa memberikan masukan kepada Asmindo terkait kebijakan apa yang harus diambil berdasarkan data. Karena, saat ini tidak bisa lagi sebuah kebijakan diambil hanya berdasarkan intuisi tapi semua harus berdasarkan data yang valid,” kata Metta.
Metta menambahkan, nota kesepahaman yang dilakukan antara Asmindo dengan Katadata diharapkan memperkuat kolaborasi lintas sektor yang tujuan utamanya memajukan perekonomian Indonesia, khususnya sektor mebel nasional.
Deputi bidang UKM Kementerian Koperasi dan UKM Hanung Harimba mengatakan, kolaborasi antara Asmindo dengan praktisi, akademisi dan media diharapkan bisa menjawab arahan Presiden bahwa industri mebel perlu meningkatkan ekspor dan caranya meningkatkan kerja sama dengan pihak lain.
“Sebelum kerja sama tentu harus diperkuat ekosistem ke dalam, tentu kami berharap kolaborasi ini jadi salah satu cara untuk wujudkan harapan Presiden. Peluang industri ini masih besar karena pasar industri mebel juga masih luas,” ungkap Hanung.