EKBIS.CO, LONDON -- The International Accounting Standards Board (IASB) akan menggelar pembicaraan dengan bank di Timur Tengah dan Asia. Langkah ini dilakukan untuk menjembatani perbedaan praktik keuangan antara perbankan syariah dan konvensional.
IASB, dikutip dari Reuters, Rabu (19/3) dilakukan untuk menyelaraskan metode memperbesar keuntungan. IASB dikenal sebagai badan yang mengeluarkan Laporan Standar Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standars).
Laporan ini digunakan di hampir 100 negara khususnya yang menjadi pusat keuangan syariah dunia seperti Arab Saudi dan Malaysia.
Namun saat ini, praktik keuangan bank dan lembaga keuangan syariah di seluruh dunia dapat bervariasi. Hal tersebut tergantung dari regulator nasional dan dewan pengawas syariah di negara tersebut.
Hanya saja saat ini baik bankir dan akademisi secara luas terbagi atas beberapa pendapat, apakah keuangan syariah butuh standar sendiri. Beberapa berpikir bahwa industri keuangan syariah harus memiliki regulasi global.
Sementara yang lain berpikir standar syariah harus berbeda dengan keuangan konvensional. Jika intrepretasi umum IFRS bisa diterima oleh lembaga keuangan Islam di seluruh dunia hal itu bisa menguntungkan industri. Khususnya menyederhanakan standar kepatuhan perseroan dan mengurangi ketidakpastian bagi investor.
Kepala dari Komite IFRS dan Direktur IASB, Wayne Upton menyatakan kelompok konsultasi IASB, dikutip dari Reuters, mencakup ahli akuntansi dari Arab Saudi, Malaysia, Indonesia, Pakistan dan Uni Emirat Arab. Serta badan yang membentuk pedoman untuk keuangan Islam Global.