EKBIS.CO, JAKARTA -- Berdasarkan perhitungan petani tebu, bulan Juni mendatang panen raya tebu terjadi. Untuk itu pemerintah sebaiknya berpikir ulang jika berencana impor gula.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikoen menyatakan hasil panen raya akan mencukupi untuk kebutuhan nasional hingga Desember 2014. Untuk itu pemerintah tidak perlu mengimpor gula dari tempat lain. "Kalau tetap mengimpor, berarti mau menghancurkan industri nasional," katanya kepada ROL, Rabu (9/4).
Stok gula yang ada saat ini sekitar 1 juta ton. Sedangkan harga gula di tingkat petani mencapai Rp 8600 per kilogram (kg). APTRI juga masih menemukan gula rafinasi yang beredar di pasar rakyat. Untuk itu APTRI menagih komitemen Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk membenahi peredaran gula rafinasi tersebut.
Bulan September tahun lalu, ribuan petani tebu mengadakan protes di depan kantor Kemendag terkait kehadiran gula rafinasi. Mereka menaburkan 10 kg gula impor sebagai ungkapan kekecewaan. saat itu pihak Kemendag pun berjanji akan membenahi peredaran gula rafinasi.
Namun menurut Soemitro, hingga kini belunm ada langkah konkrit yang dilakukan pemerintah. Rembesnya gula rafinasi menandakan ada kelebihan gula. "Ada gula lain berarti stok gula kita cukup, bahkan lebih. Jadi tidak butuh impor, serap saja punya petani," katanya.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Gamal Nasir mengatakan pihaknya akan memonitor hasil taksasi pabrik-pabrik gula. Saat ini jumlah produksi terdata sebanyak 2,93 juta ton dengan rendemen rata-rata 8 persen. Artinya, produksi gula cukup baik.
Musim giling diprediksi berlangsung mulai 15 Mei 2014. Untuk itu Kementerian Perdagangan (Kemendag) sebaiknya segera menetapkan HPP gula. Dewan Gula Indonesia (DGI) mengusulkan HPP sebesar Rp 9500 per kg, sementara sebelumnya HPP sebesar Rp 8100 per kg. "Sampai sekarang belum diputuskan," kata Gamal.
Selain memonitor hasil taksasi, jalur distribusi gula juga akan diawasi, mulai dari pabrik gula hingga sampai ke pasar. Dengan demikian dapat diperkirakan potensi kerugian dari sisi distribusi.