EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta anjoknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai Pemilihan Umum (Pemilu) hanya sementara. Satu hari usai Pemilu, Kamis (10/4), rupiah tercatat melemah 33 poin melemah ke angka Rp 11.342 per dolar AS. IHSG dibuka turun 92,09 poin atau 1,87 persen ke level 4.829,33.
Sementara hari ini, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah pada Jumat (11/4) tercatat pada Rp 11.450 per dolar AS, melemah Rp 108 dari hari sebelumnya. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini pun kembali dibuka merah di level 4.734,31, turun 31,42 poin atau 0,66 persen.
Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pelemahan tersebut hanya sementara. Ia mengakui bahwa pelemahan disebabkan beberapa ekspektasi yang tak sesuai sehingga pasar kaget. "Dari politik memang kadang ada sentimen negatif dan positif," ujar Hatta dalam acara Ngobrol Bareng Hatta Rajasa di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (11/4). Hatta mengatakan, hal yang menjadi sentimen utama terhadap rupiah dan IHSG adalah fundamental Indonesia.
Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro juga mengakui anjloknya IHSG disebabkan oleh ekspektasi pasar yang meleset terhadap hasil Pemilu Legislatif. "Kalau market merasa belum ada kepastian ya mungkin sentimen negatif. Jadi saya melihatnya ini lebih pada sentimen, bukan yang sifatnya fundamental," ujarnya.
Bambang juga mengatakan, hal yang paling mempengaruhi nilai tukar sebenarnya adalah data transaksi berjalan dan neraca perdagangan. Ia optimistis rupiah tidak akan melemah seperti tahun lalu. "Kalau menurut saya, (rupiah) bisa lebih bagus. Ke arah lebih baiklah dibanding tahun lalu. Kan defisit transaksi berjalan tak sampai, mungkin menyentuh 3 persen, tapi tak sampai tiga koma sekian persen seperti tahun lalu," ujarnya.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan rupiah dalam level tersebut adalah hal yang biasa. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan mengenai pelemahan rupiah karena setelah Pemilu biasanya ada profit taking. "Yang penting angka fundamental ekonomi cukup baik," ujarnya.
Ia mengakui bahwa pasar keuangan memang bergerak berdasarkan ekspektasi. Setelah koalisi jelas, pasar akan mencerna kembali. "Pasar mengharapkan reformasi berlanjut. Pasar keuangan melihat apakah reformasi ini akan berlanjut dan dipercepat. Itu yang membuat mereka antusias. Nanti mereka mencermati kembali," ujarnya.