EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk (BRI) mencatatkan pertumbuhan laba sebesar 17,86 persen menjadi Rp 5,9 triliun. Padahal kondisi perekonomian Indonesia pada triwulan I-2014 cukup fluktuatif.
Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni mengatakan, kredit BRI mencapai Rp 432,4 triliun pada triwulan I-2014, tumbuh 19,7 persen yoy. Pertumbuhan kredit masih lebih tinggi dari himbauan Bank Indonesia (BI) yang sebesar 15-17 persen.
"Untuk menekan laju, tak mudah karena cukup banyak persetujuan kredit yang banyak kami lakukan di 2013 tapi penarikan di kuartal I-2014. Yang semula kita perkirakan 15-17 persen, tak bisa kami lakukan," ujar Baiquni, Rabu (23/4).
Pertumbuhan kredit didorong oleh kredit mikro yang tumbuh 21,01 persen menjadi Rp 135,83 triliun. Pertumbuhan menghasilkan peningkatan jumlah debitur. Hingga akhir Maret 2014, jumlah debitur mikro mencapai 6,7 juta orang.
Penyaluran kredit mikro yang tinggi juga menyebabkan net interest margin (NIM) meningkat menjadi 9,06 persen. Padahal pada triwulan I-2013, BRI mencatatkan NIM sebesar 8,19 persen. "Yield mikro relatif tinggi," ujarnya.
Penyaluran kredit dibarengi kehati-hatian. Tingkat kredit bermasalah (NPL) dapat dijaga pada 0,47 persen. Baiquni mengatakan, pertumbuhan kredit disesuaikan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK tumbuh 16,6 persen menjadi Rp 470,02 triliun. "Adanya kontraksi moneter membuat pertumbuhan DPK jadi kendala. Kita bisa tingkatkan DPK, tapi konsekuensinya DPK mahal," ujarnya.