EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina mengatakan laju inflasi masih bisa terjaga dan di bawah perkiraan pemerintah 5,5 persen pada akhir tahun, asalkan dampak kenaikan tarif tenaga listrik bagi industri dapat diantisipasi.
"Inflasi masih bisa lebih rendah daripada tahun lalu. Namun, risiko terhadap kenaikan tarif tenaga listrik yang mulai efektif berlaku pada bulan Mei harus diantisipasi," katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (2/5).
Hingga April, kata Dian, laju inflasi masih relatif terkendali karena pasokan pangan mencukupi. Namun, inflasi diperkirakan meningkat ketika tarif tenaga listrik mengalami kenaikan per dua bulan sejak Mei 2014.
"Berdasarkan kalkulasi kami, dampak tambahan inflasi akibat kenaikan tarif listrik bisa mencapai 0,4 persen sehingga perkiraan inflasi akhir tahun hanya mencapai 5,37 persen 'year on year'," katanya.
Selain itu, Pemerintah harus mengantisipasi kemungkinan meningkatnya belanja subsidi energi yang dapat membebani defisit anggaran, dan menetapkan skema subsidi tetap dalam APBN-Perubahan yang segera dimulai pembahasan.
"Hal yang dapat dipertimbangkan adalah menetapkan skema subsidi tetap, yang dapat berdampak pada inflasi, terutama apabila harga yang ditetapkan masih ada selisih dengan harga keekonomisan pasar," ujarnya.
Dengan data inflasi relatif rendah, positifnya data neraca perdagangan, dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang stabil, menurut Dian, Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan dalam rapat dewan gubernur selanjutnya.
"Kami memperkirakan Bank Indonesia tidak akan mengubah kebijakan suku bunga dalam pertemuan selanjutnya mengingat secara keseluruhan variabel ekonomi masih sesuai dengan jalur," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada bulan April 2014 terjadi deflasi 0,02 persen sehingga laju inflasi tahun kalender Januari--April 2014 tercatat mencapai 1,39 persen dan inflasi secara tahunan (YoY) 7,25 persen.
Neraca perdagangan Indonesia selama Maret 2014 tercatat surplus sebesar 673,2 juta dolar AS, yang merupakan selisih nilai total ekspor sebesar 15,21 miliar dolar AS dan total impor 14,54 miliar dolar AS.