EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dalam tiga tahun terakhir terus mengalami penurunan. Jika pada Februari 2012 jumlah tenaga kerja di sektor tersebut masih tercatat 42,36 juta orang, maka pada Februari 2013 jumlahnya menurun menjadi 41,11 juta orang.
Tren penurunan berlanjut pada 2014. Berdasarkan rilis BPS, Senin (5/4), jumlah tenaga kerja di sektor pertanian per Februari 2014 berjumlah 40,83 juta orang. Kepala BPS Suryamin menjelaskan, penurunan tenaga kerja di sektor pertanian tak lepas dari perpindahan ke sektor nonpertanian, khususnya pada kategori pekerja bebas berdasarkan klasifikasi BPS.
Catatan saja, pekerja bebas di sektor pertanian terus menurun dari 5,48 juta orang (Februari 2012) menjadi 5,14 juta orang (Februari 2013) dan kini 4,74 juta orang (Februari 2014). Sedangkan pekerja bebas di sektor nonpertanian meningkat dari 6,02 juta orang (Februari 2012) menjadi 6,47 juta orang (Februari 2013) dan kini 6,75 juta orang (Februari 2014).
"Ada yang beralih menjadi buruh panggul di terminal, pengojek maupun berdagang kaki lima. Itu (pekerja bebas di sektor pertanian) beralih ke situ," ujar Suryamin dalam temu pers di kantornya, Senin (5/5).
Selain itu, Suryamin menyebut penurunan tenaga kerja di sektor pertanian juga terkonfirmasi lewat Sensus Pertanian 2013. Jumlah petani gurem (petani yang mengusahakan lahan di bawah 0,5 ha) berkurang sebanyak 4,77 juta orang dalam kurun waktu 2003-2013.
"Alasannya apa? ada yang lahannya dijual kepada yang lebih mampu menggarap. Apalagi, biaya untuk produksi pertanian tinggi tapi untungnya sedikit," kata Suryamin.
Direktur Statistik dan Kependudukan BPS Razali Ritonga menambahkan, penurunan tenaga kerja di sektor pertanian tak lepas dari faktor demografi. Menurut Razali, penduduk-penduduk di sebagian besar negara mengarah ke perkotaan, alih-alih pedesaan.
"Alasannya tentu mencari kehidupan yang lebih baik," ujar Razali kepada Republika saat ditemui terpisah. Razali menjelaskan, fenomena perpindahan itu biasanya ditandai oleh beberapa karakteristik yaitu penduduk berusia produktif, berjenis kelamin laki-laki dan statusnya belum menikah alias bujangan.
"Itu fenomena umum, bukan di suatu daerah saja. Jadi, ini tren mengikuti negara-negara lain," kata Razali.
Lebih lanjut, Razali menilai penurunan tenaga kerja di sektor pertanian tidak selalu berkorelasi dengan penurunan produktivitas. Apalagi jika pengolahan lahan berkualitas seiring penguasaan teknologi sehingga jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tidak banyak.