Ahad 11 May 2014 13:31 WIB

Situasi Politik tak Pengaruhi Industri Jasa Pemeringkat Efek

Red: Agung Sasongko
Papan layar menunjukan harga saham di Bursa Efek Indonesia
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Papan layar menunjukan harga saham di Bursa Efek Indonesia

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengatakan bahwa kinerja industri jasa pemeringkat efek di Indonesia tidak terpengaruh situasi politik menjelang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun ini.

"Dampak pemilu tidak besar terhadap industri jasa pemeringkat, beberapa perusahaan hanya menunggu hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelum menerbitkan obligasinya untuk diperingkat," ujar Presiden Direktur Pefindo Ronald T. Andi Kasim dalam "workshop" wartawan di Bandung, Sabtu (10/5) kemarin.

Menurut dia, siapa pun presiden terpilih nanti penerbitan surat utang oleh perusahaan akan tetap tinggi seiring dengan kebutuhan pendanaan perusahaan untuk melakukan ekspansi. "Jadi, ini masalah waktu saja," ucapnya.

Selain itu, lanjut dia, obligasi jatuh tempo pada tahun ini sekitar Rp35 triliun. Dengan demikian, perusahaan akan cenderung menerbitkan kembali obligasi baru untuk melakukan pembiayaan kembali atau "refinancing" maupun melanjutkan ekspansi.

"Sementara itu, dari sisi investor, mereka akan mencari obligasi baru untuk mengalokasikan kembali portofolio investasinya. Investor tentu akan mencermati peringkat dari obligasi itu," kata Ronald T. Andi Kasim.

Pefindo mencatat bahwa penerbitan obligasi secara nasional per 9 Mei sebesar Rp8,99 triliun. Obligasi itu terdiri atas dua jenis, yakni obligasi korporasi senilai Rp8,447 triliun dan "Medium Term Note" (MTN) sebesar Rp550 miliar.

Ronald T. Andi Kasim mengemukakan bahwa dari total nilai obligasi secara nasional itu, sebesar 29 persen atau sekitar Rp2,647 triliun diperingkat oleh Pefindo, sementara sisanya diperingkat oleh lembaga sejenis seperti Fitch Ratings Indonesia dan ICRA Indonesia.

Secara nasional, lanjut dia, per 9 Mei 2014 sektor keuangan mendominasi penerbitan obligasi, yakni sebesar Rp5,972 triliun, kemudian diikuti sektor telekomunikasi Rp1 triliun.

Dalam data Pefindo per 9 Mei 2014, sebanyak sembilan perusahaan telah masuk dalam "pipeline" surat utang untuk diperingkat senilai Rp15,3 triliun, sementara 11 perusahaan akan menunda penerbitan obligasinya dengan total nilai Rp3 triliun.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement