Senin 02 Jun 2014 22:07 WIB

Neraca Perdagangan Defisit, Rupiah Melemah

Rep: Satya Festiani/ Red: Asep K Nur Zaman
kurs rupiah melemah (ilustrasi)
Foto: antara
kurs rupiah melemah (ilustrasi)

EKBIS.CO, JAKARTA -- Papan kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (2/6), mencatat nilai tukar rupiah sebesar Rp 11.740 per dolar AS. Ini berarti melemah Rp 129 dari nilai yang ditransaksikan hari sebelumnya. 

Menurut ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk, David Sumual, nilai defisit neraca perdagangan di luar perkiraan sehingga rupiah melemah. "Banyak yang memperkirakan surplus. Ada juga yang memperkirakan defisit, tapi tak sebesar itu. Makanya rupiah melemah," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2014 kembali defisit. Defisit tercatat sebesar 1,97 miliar dolar AS. 

Dia mengatakan cukup terkejut mendengar defisit neraca perdagangan yang cukup besar. Padahal berdasarkan musimannya neraca perdagangan mengalami defisit pada Mei. 

David memperkirakan defisit disebabkan persiapan menjelang bulan Ramadhan, lebaran, dan liburan.

Nilai ekspor Indonesia pada April tercatat 14,29 miliar dolar AS, turun 3,16 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara impor sebesar 16,26 miliar, turun 1,26 persen. 

"Impor benang dan bahan pakaian meningkat. Itu antisipasi lebaran ada peningkatan permintaan sandang," ungkap David.

Dia memprediksi defisit neraca perdagangan akan terus berlanjut hingga Juli 2014, terutama menjelang lebaran. Menurut dia, impor minyak Pertamina akan membesar seiring peningkatan bahan bakar minyak (BBM) untuk mudik lebaran. "Tapi defisitnya akan tetap di bawah 2 miliar dolar AS," ujarnya.

Menurut dia, defisit yang terjadi di bulan ini dan beberapa bulan ke depan akan menghapus surplus yang terjadi beberapa bulan lalu. Neraca perdagangan tercatat surplus pada Februari dan Maret, masing-masing sebesar 785,3 juta dolar AS dan 673,2 juta dolar AS.

Dia menilai, hal tersebut akan menekan defisit transaksi berjalan. Defisit diperkirakan akan meningkat pada kuartal 2 dan 4. Faktor tingginya defisit adalah repatriasi dividen. "Pemerintah belum akan memberlakukan insentufnya. Tahun lalu kan akan dikenakan insentif untuk menahan repatriasi dividen," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement