EKBIS.CO, JAKARTA -- Neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit setelah dua bulan surplus. Kendati demikian, Bank Indonesia (BI) meyakini defisit transaksi berjalan untuk tahun 2014 dapat ditekan di bawah 3 persen dari PDB.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, BI akan terus mencermati risiko global dan domestik. "Hal-hal yang dapat mempengaruhi prospek defisit transaksi berjalan dan ketahanan eksternal," ujar Tirta.
Mengenai neraca perdagangan April yang mengalami defisit sebesar 1,97 miliar dolar AS, BI melihat defisit tersebut masih sesuai dengan pola musiman terkait meningkatnya permintaan menjelang bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri. "Kondisi ini diperkirakan akan kembali membaik didorong oleh meningkatnya aktivitas ekspor sejalan dengan perbaikan ekonomi global," ujarnya.
Kinerja neraca perdagangan tersebut dipengaruhi oleh neraca perdagangan nonmigas April 2014 yang berbalik dari surplus menjadi defisit, meskipun defisit neraca perdagangan migas tercatat lebih rendah dibandingkan kondisi Maret 2014. Neraca perdagangan nonmigas mencatat defisit 0,89 miliar dolar AS dibandingkan dengan surplus 2,02 miliar dolar AS pada Maret 2014, dipengaruhi ekspor nonmigas yang terkontraksi 7,09 persen (mtm) dan impor nonmigas yang meningkat 19,32 persen (mtm).
Pertumbuhan negatif ekspor nonmigas terutama terjadi pada komoditas utama yang berbasis sumber daya alam seperti batubara dan minyak nabati seiring melemahnya permintaan dari Tiongkok dan India. Di sisi lain, ekspor manufaktur, seperti mesin, pesawat mekanik, pakaian jadi bukan rajutan, dan alas kaki, masih mengalami peningkatan. Sementara itu, meningkatnya pertumbuhan impor nonmigas terutama didorong oleh kenaikan impor pada 9 dari 10 golongan barang utama seperti mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, dan besi baja.
Neraca perdagangan migas juga mengalami defisit pada bulan April 2014, meskipun turun menjadi 1,07 miliar dolar AS dari 1,35 miliar dolar AS di bulan Maret 2014. Menyempitnya defisit neraca perdagangan migas ini didorong oleh kontraksi impor migas yang lebih dalam dibandingkan kontraksi ekspor migas. Impor migas terkontraksi 7,55 persen (mtm), akibat penurunan impor hasil minyak sebesar 0,5 persen (mtm) dan minyak mentah 24,78 persen (mtm), sementara ekspor migas hanya mengalami penurunan sebesar 0,35 persen (mtm) akibat turunnya ekspor minyak mentah.