Ahad 22 Jun 2014 14:33 WIB

Menhut: Yang Paling Merugi Akibat Kebakaran Hutan Adalah Masyarakat

Red: Maman Sudiaman
Menhut membuka dialog kehutanan
Foto: Istimewa
Menhut membuka dialog kehutanan

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menilai, kerugian terbesar akibat kebakaran hutan adalah masyarakat sekitar hutan. Padahal merekalah yang selama ini paling berperan dalam setiap upaya melestarikan hutan dan lahan.

Karenanya, setiap upaya melestarikan hutan dan lahan, masyarakat sekitar hutanlah yang pertama dan utama dilibatkan dalam program tersebut. Dalam hal ini Kementerian Kehutanan telah mengembangkan Program Pencegahan Berbasis Desa di antaranya melalui pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan kegiatan penyuluhan, pendampingan desa, groundcheck hotspot, pemetaan partisipatif. Sehingga, pencegahan kebakaran melalui pengaktifan kelompok desa/masyarakat peduli api.

Menurutnya pencegahan kebakaran lebih bermanfaat daripada pemadaman api dengan menyewa pesawat, menyiapkan bom air ataupun merekayasa cuaca. "Pemberdayaan masyarakat lokal menjadi kunci meminimalkan dampak buruk kebakaran hutan dan lahan, " ujar Menhut pada pembukaan Dialog Kehutanan III dengan tema “Kebakaran Lahan, Siapa Dirugikan?”  yang digelar Perhimpunan Jurnalis Indonesia (PJI) Jakarta, di Jakarta, Jumat (20/6).

Acara dialog tersebut dihadiri oleh berbagai insan media dan pelaku usaha bidang kehutanan. Hadir sebagai narasumber lima panelis: Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto, Ketua Alumni IPB diwakili Basuki Sumawinata, Staf Khusus Menteri Lingkungan Hidup Ryad Chairil, Ketua Komite Koordinasi Asosiasi Bidang Kehutanan, Pertanian, dan Aquakultur Kadin Indonesia Tony Wenas dan Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Elfian Effendi.

Dalam kasus kebakaran hutan di Riau, katanya, sudah diterapkan sanksi sesuai aturan hukum berlaku dengan melibatkan unsur kepolisian, TNI serta instansi terkait. Namun demikian, upaya penegakan hukum terhadap perambah kawasan hutan tidak akan mengorbankan masyarakat yang selama ini menjadi pekerja. "Kita tetap menggunakan pendekatan kesejahteraan, sosialisasi dan mengingatkan masyarakat agar tidak merambah dan merusak hutan lagi."

Khusus  operasi pembabatan pohon kelapa sawit yang sudah berjalan di Taman Nasional (TN) Tesso Nilo di Riau dan TN Gunung Leuser di Aceh, katanya rakyat yang tinggal di areal bekas perambahan dilibatkan agar tetap mendapatkan penghasilan. Rakyat kita ajak menanami bekas perkebunan kelapa sawit tersebut dengan tanaman hutan bernilai ekonomis.

Langkah serupa juga dilanjutkan di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil di Riau, Taman Nasional (TN) Bukit Tiga Puluh di Jambi, TN Danau Sentarum di Kalimantan Barat, dan TN Tanjung Puting di Kalimantan Tengah. "Diharapkan dengan strategi hard approach dan soft approach secara bersamaan, langkah pemulihan fungsi konservasi kawasan hutan dapat berjalan dengan baik bersamaan dengan kesejahteraan masyarakat setempat yang meningkat," paparnya seperti dalam siaran pers yang diterima ROL, Ahad (22/6).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement