Jumat 04 Jul 2014 11:53 WIB

Pemerintah: Arbitrase Merugikan Newmont

Rep: Satya Festiani/ Red: Esthi Maharani
Tambang terbuka milik PT Newmont Nusa Tenggara di Batu Hijau , Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Tambang terbuka milik PT Newmont Nusa Tenggara di Batu Hijau , Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Newmont Nusa Tenggara (NTT) melakukan arbitrase internasional. Pemerintah menilai, arbitrase tersebut akan merugikan Newmont.

"Nanti dia rugi sendiri. Kalau dia tak sabar, ya risiko dia," ujar Menteri Perindustrian MS Hidayat, Jumat (4/7).

Ia mengatakan, Newmont seharusnya menunggu penyelesaian negosiasi antara Pemerintah dan PT Freeport Indonesia.Penyelesaian Newmont bergantung pada hasil negosiasi Pemerintah dengan Freeport. Pasalnya, Newmont mengikuti program smelter Freeport.

Sebelumnya, Newmonnt telah berkomitmen untuk kerja sama dengan Freeport membangun smelter di Indonesia. Jika Newmont tidak ingin menunggu maka ada risiko yang harus dihadapi, yaitu larangan ekspor.

"Jadi dia (Newmont) mestinya tunggu, kalau dia tidak sabar, ya risiko dia tidak bisa ekspor lagi," ujarnya.

Hidayat juga menegaskan Pemerintah siap menghadapi arbitrase. Ia mengatakan, arbitrase harus dihadapi dan diselesaikan.

Sementara itu, Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan, sebaiknya kasus Newmont tidak masuk arbitrase. Masalah antara Pemerintah dan Newmont harus bisa diselesaikan melalui negosiasi.

"Kalau sudah masuk ke arbitrase akan memicu sentimen investor asing versus nasionalis lokal," ujarnya.

Hal tersebut akan mempengaruhi aliran modal ke indonesia. Indonesia masih memerlukan aliran modal mengingat defisit transaksi berjalan yang masih besar dan defisit APBN yang semakin membesar.

Ia juga mengatakan, jika Indonesia kalah dalam arbitrase, itu akan memicu tindakan arbitrase berikutnya dan akan berdampak negatif bagi sentimen investor.

"Dalam sejarah Indonesia, tiap kali Indonesia digugat di arbitrase internasional, track recordnya tak kuat," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement